Panel Pemerintah Jepang memperbarui perkiraan kerusakan akibat gempa besar yang diprediksi terjadi di Palung Nankai, lepas pantai Pasifik Jepang.
Mereka memperkirakan bahwa gempa bumi berkekuatan hingga 9 magnitudo (M 9) dapat merenggut sekitar 298.000 jiwa.
Panel tersebut memperkirakan bahwa intensitas seismik akan mencapai maksimum M 7 di 10 prefektur Jepang dan lebih rendah dari M 6 di 24 prefektur.
Mereka juga memprediksi tsunami setinggi lebih dari 10 meter dapat menerjang Tokyo dan 12 prefektur lainnya, mulai dari wilayah Kanto hingga Kyushu.
Beberapa daerah diperkirakan akan mengalami gelombang lebih dari 30 meter.
Panel juga memproyeksikan bahwa jumlah korban jiwa bisa mencapai 298.000 orang, terutama jika gempa terjadi pada tengah malam di musim dingin.
Selain itu, laporan ini memperkirakan bahwa dalam satu minggu setelah gempa, jumlah pengungsi bisa mencapai 12,3 juta orang atau 10 persen dari total populasi Jepang.
Mengutip Kyodo News pada Senin (31/3/2025), kerugian ekonomi yang diestimasikan atas bencana ini mencapai 270 triliun yen.
Baca juga:
Gempa berkekuatan M 7,7 yang baru-baru ini mengguncang Myanmar menyebabkan runtuhnya gedung 30 lantai di Bangkok, yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari pusat gempa.
Fenomena ini dikenal sebagai long-period ground motion, yaitu getaran panjang dan lambat yang bisa menggoyangkan gedung pencakar langit dari jarak jauh.
Gempa dahsyat di Palung Nankai diperkirakan akan memicu fenomena yang sama, sehingga berpotensi menimbulkan dampak besar di area perkotaan Jepang.
Jika perabotan di dalam gedung tidak dipasang dengan baik, benda seperti lemari atau mesin fotokopi dapat terjatuh dan melukai orang di dalamnya.
Selain itu, banyak orang yang berada di lantai atas gedung tinggi mungkin akan mencoba turun ke lantai bawah untuk mencari keselamatan.
Hal ini dapat menyebabkan bencana sekunder, seperti kepanikan massal di tangga darurat, yang bisa berujung pada banyak orang terjatuh dan terinjak.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa pemeriksaan keamanan struktur gedung bisa memakan waktu lebih dari satu bulan karena kurangnya tenaga ahli teknik.
Akibatnya, akses ke gedung pencakar langit bisa terbatas dalam jangka waktu lama.
Disaster Management dari Kantor Kabinet Jepang merilis panduan tindakan yang harus dilakukan sebelum terjadi bencana.
Mereka mengimbau, jika terjadi gempa secara tiba-tiba, segera mengungsi ke menara evakuasi tsunami, gedung evakuasi tsunami, atau tempat evakuasi terdekat.
Jika peringatan tsunami diumumkan, tetaplah mengungsi sampai peringatan tersebut dicabut.
Jika kamu tinggal di wilayah yang ditetapkan untuk evakuasi awal, lakukan evakuasi setelah peringatan tsunami dicabut.
Evakuasi ke tempat yang aman, seperti tempat evakuasi resmi atau rumah kerabat, selama satu minggu, di luar zona yang diperkirakan akan tergenang air.
Hal ini juga berlaku bagi kamu yang tinggal di luar wilayah evakuasi awal namun berada dalam zona yang diperkirakan akan tergenang.
Kamu bisa menghubungi pemerintah kota atau kabupaten untuk mengetahui apakah tempat tinggalmu termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai evakuasi awal.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram