Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Ada Alat Pemindah Pasien, Begini Teknologi Canggih di Perawatan Lansia Jepang

Kompas.com - 04/04/2025, 08:20 WIB

Perawat Indonesia di Jepang, Ahmad Naeni Nahwul Umam, berbagi cerita mengenai perbedaan sistem kerja keperawatan di Jepang dan Indonesia.

Menurutnya, selama bekerja di Jepang, banyak prosedur kesehatan yang mengadopsi teknologi canggih. 

Para perawat dituntut untuk mampu mengoperasikan berbagai layanan berbasis digital.

“Kami di sini berbasis digital. Jadi semuanya sudah sistem online. Misal saya klik di ruangan saya di ruang 4A, saya masukin data di situ. Jadi seluruh ruangan yang ada di gedung saya itu sudah bisa melihat Itu untuk pencatatannya,” ujar Ahmad saat dihubungi Ohayo Jepang, Senin (17/3/2025).

Teknologi juga digunakan untuk membantu proses pemindahan dan pengangkatan pasien, bernama sukairifuto.

Teknologi pemindah pasien otomatis bernama sukairifuto yang digunakan di sebuah perawatan lansia di Jepang, (24/3/2025).
Teknologi pemindah pasien otomatis bernama sukairifuto yang digunakan di sebuah perawatan lansia di Jepang, (24/3/2025).

Semua peralatan pendukung dalam sistem kerja keperawatan dioperasikan secara otomatis.

“Kita sudah tidak menggunakan badan kita sendiri untuk mengangkat pasien tapi sudah ada alat untuk mengangkat badan pasien, untuk memindahkan dari bed 1 ke bed lainnya,” katanya.

Ahmad menambahkan bahwa di tempat tidur pasien lansia tersedia alat pendeteksi jantung yang sekilas tidak kasatmata. 

Alat itu bernama "Aams sensor" yang betuknya seperti karpet biasa dan disimpan di kasur pasien.

"Tempat tidur pasien seperti tidak ada apa-apanya. Tetapi jika alat itu diaktifkan, kami bisa mendeteksi detak jantung maupun ritme nafas pasien kami tanpa harus kami menyentuh pasien kami secara langsung," ujarnya.

Perawat asing harus terbiasa dengan berbagai alat canggih di layanan kesehatan Jepang.

"Di sini juga ada alat yang bisa digunakan untuk memandikan pasien dalam keadaan berbaring. Jadi jika ada pasien yang mengalami gangguan pergerakan, mereka masih bisa mandi bahkan berendam di air hangat atau ofuro," kata Ahmad.

Hal ini berbeda dengan beberapa layanan kesehatan di Indonesia yang masih menerapkan sistem kerja konvensional.

Meski peralatan canggih tersedia, Ahmad menjelaskan bahwa perawat asing akan diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum menangani pasien secara langsung. 

Pelatihan ini penting agar mereka terbiasa dengan teknologi dan prosedur kerja yang digunakan di fasilitas layanan kesehatan Jepang.

Baca juga:

Kebersihan dan Kerapian

Selain penguasaan teknologi, aspek kebersihan juga menjadi fokus utama di rumah sakit maupun fasilitas perawatan lansia di Jepang.

Setiap fasilitas layanan kesehatan di Jepang sudah terstandarisasi dalam hal kebersihan dan kerapihan.

“Kebersihan dan kerapian saya pikir kita (Indonesia) perlu mencontoh dan meniru budaya di sini,” ungkap Ahmad.

Ahmad juga menjelaskan bahwa di Jepang, kebersihan telah menjadi bagian dari budaya yang sangat dijunjung tinggi.

Ahmad merupakan perawat lansia yang bekerja melalui Program Careworker (Kaigofukushishi) G to G Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

Saat ini, ia telah memasuki tahun ke-11 dalam profesinya.

Selain aktif sebagai perawat, Ahmad juga menjabat sebagai Ketua Divisi Advokasi Ikatan Perawat Muslim Indonesia (IPMI) Jepang.

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.