Pertama kali ke sana, saya lihat beberapa orang membersihkan lapangan sebelum sesi bermain dimulai.
Dalam hati saya berpikir, "Wah, banyak petugas kebersihannya! Mantap, jadi enggak perlu khawatir soal debu atau shuttlecock bekas di lapangan."
Tapi ternyata saya salah. Begitu sesi kami hampir selesai, salah satu rekan setim saya tiba-tiba ambil sapu dan mulai menyapu lapangan. Rekan yang lain langsung ikut membantu.
Saat itu saya baru sadar, orang yang membersihkan lapangan bukan petugas, melainkan para pemainnya sendiri.
Jujur, saya kagum banget. Membersihkan setelah bermain bikin kita lebih bertanggung jawab dan menghargai fasilitas umum.
Ini beda banget dengan kebiasaan di Indonesia, pemain biasanya memanfaatkan seluruh waktu untuk main tanpa menyisakan waktu buat bersih-bersih sebelum grup berikutnya masuk.
Akibatnya, lapangan di GOR yang ramai sering kotor dan berdebu sampai akhirnya dibersihkan oleh petugas.
Baca juga:
Di Jepang, kebiasaan bersih-bersih sudah ditanamkan sejak kecil, terutama di sekolah.
Saya tahu ini dari teman Jepang saya, yang cerita kalau hampir semua sekolah di sini mengharuskan pada murid bersih-bersih sendiri.
Ada dua jenis kegiatan bersih-bersih utama di sekolah Jepang. Pertama, tugas piket harian, yang mirip seperti di anime.