Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Tips Kurangi Homesick di Jepang, Sambal Jadi Salah Satu Obatnya

Kompas.com - 17/02/2025, 09:05 WIB

Ada pepatah yang mengatakan, “Tidak ada makanan yang lebih enak dari masakan ibu”.

Pepatah ini terasa sangat relevan saat tinggal jauh dari rumah, momen makan bersama keluarga menjadi kenangan yang dirindukan.

Bagi banyak orang, hal ini seringkali memicu rasa homesick.

Namun, Ifah berhasil menemukan cara untuk membuat masakan di Jepang tetap terasa seperti masakan dari Indonesia.

Dari memasak di dapur asrama hingga berbagi makanan dengan teman-teman, Ifah berbagi pengalaman dan tipsnya untuk menikmati masakan Indonesia di negeri orang.

Memasak di Dapur Asrama

Memasak di dapur asrama adalah aktivitas sehari-hari bagi Ifah dan teman-teman asramanya. Kami bertanya kepadanya bagaimana rasanya memasak di sana.

“Di asrama, kami tidak bisa menggunakan dapur kapan saja. Ada jadwal yang harus diikuti, dan kami mengisi jadwal itu melalui formulir. Tapi sebenarnya tidak terlalu ketat kamu bisa memakainya lebih dari sekali seminggu kalau tidak ada yang sedang menggunakan, dan waktu maksimalnya dua jam sehari," papar Ifah.

"Tapi kenyataannya, kami sering pesan jadwal untuk satu orang, lalu mengundang yang lain untuk masak bareng atau membantu. Biasanya, masing-masing akan memasak makanannya sendiri, lalu nanti kita makan bersama dan berbagi masakan,” jelas Ifah.

Suasana memasak bersama ini membuat kegiatan sehari-hari menjadi momen sosial yang menyenangkan, mempererat hubungan antar penghuni asrama.

Baca juga:

Masakan Sederhana tapi Lezat

Ifah lebih suka memasak makanan yang mudah dibuat tetapi tetap penuh cita rasa.

Ketika kami bertanya apa yang sering ia masak, Ifah dengan semangat berbagi resep andalannya.

“Menurut saya, sambal dengan tempe goreng dan nasi adalah makanan Indonesia yang wajib. Ini makanan paling enak, paling cepat, dan paling mudah dibuat saat saya sibuk atau lelah," kata Ifah.

Menurut Ifah, ia menggunakan cobek untuk menghaluskan cabai segar, bawang putih, terasi yang sudah dipanaskan di microwave, garam, gula, dan tomat mentah.

Kadang ia juga menambahkan bawang merah, tapi itu jarang karena harganya mahal di sini.

Ifah juga menyebutkan bahwa memanaskan terasi di microwave membuat aromanya lebih kuat dan khas dibandingkan jika digoreng.

"Mungkin banyak yang bertanya, kenapa kami jarang makan di luar? Apakah karena takut makanannya tidak halal? Sebenarnya, makanan halal di Tokyo sangat mudah ditemukan. Restoran halal sudah banyak, dan tidak sulit menemukannya di kota besar ini. Namun, banyak dari kami, termasuk saya, lebih memilih memasak sendiri di rumah," ujar Ifah.

Alasannya sederhana tapi bermakna. Memasak sendiri memungkinkan kami menikmati menu yang lebih bervariasi, sesuai selera, dan membawa rasa Indonesia yang sulit didapat di luar.

Selain itu, memasak jauh lebih hemat, yang penting bagi kami dengan biaya hidup yang tinggi di Jepang.

Meski terkadang melelahkan, rasanya tetap terbayar ketika bisa menikmati masakan yang tidak hanya mengenyangkan, tapi juga menghadirkan rasa rumah di tengah kehidupan yang serba jauh ini.

Ifah, pekerja SSW di Jepang, rutin memasak makanan Indonesia di asramanya untuk atasi homesick.
Ifah, pekerja SSW di Jepang, rutin memasak makanan Indonesia di asramanya untuk atasi homesick.

Makan Malam Bersama

Kami juga bertanya kepada Ifah tentang kebiasaan makan malam di asrama apakah mereka lebih suka makan sendiri atau bersama-sama.

Well, itu tergantung orangnya. Tapi bagi saya, makan makanan yang kami memasak bersama membuat rasanya jadi lebih enak,” kata Ifah dengan senyum. “Tapi itu membuat kami makan lebih lama karena kami terus ngobrol sepanjang waktu. Ini bukan sekadar momen makan bersama, tapi jadi waktu yang menyenangkan untuk berbagi cerita. Kami sering makan bersama dan jarang makan di luar karena makan sendiri agak canggung, dan kami juga harus cek dulu apakah tempat itu halal.”

Walaupun jauh dari rumah, Ifah dan teman-teman asramanya berhasil menciptakan suasana hangat yang membuat waktu makan menjadi pengalaman penuh tawa dan kebahagiaan.

Bahan Masakan Indonesia di Jepang

Masakan Indonesia yang autentik memerlukan bahan-bahan asli.

Ifah sudah sangat ahli dalam menemukan tempat terbaik untuk mendapatkan bumbu-bumbu Indonesia di Jepang.

Kami bertanya di mana ia berbelanja dan apakah ada bahan yang sulit ditemukan.

“Kalau soal bumbu, karena kami tidak membuat masakan yang terlalu rumit, kami tidak merasa kesulitan. Kami bahkan sering membuat racikan bumbu sendiri. Bahan seperti serai dan ketumbar bisa ditemukan di toko Indonesia. Kami sering pergi ke toko di Ueno atau Shin-Okubo. Tapi, kalau soal kunyit segar, itu agak sulit ditemukan kebanyakan dalam bentuk bubuk di sini,” jelas Ifah.

Berkat toko-toko ini, Ifah dan teman-temannya tetap bisa memasak makanan favorit mereka dan menikmati cita rasa khas Indonesia.

Makanan bukan sekadar kebutuhan, tetapi juga cara untuk tetap terhubung dengan akar budaya dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

Dalam artikel berikutnya, kami akan mengeksplorasi bagaimana Ifah menjaga keseimbangan rutinitas hariannya sambil menjalankan tanggung jawab sebagai SSW di Jepang.

Stay tuned buat tahu kisah Ifah selanjutnya!

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Januari 2025)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.