“Saya hidup cukup hemat, atau bisa dibilang sederhana. Saya tidak membeli barang bermerek dan juga tidak menghabiskan banyak uang untuk bepergian jauh hanya di sekitar Tokyo sudah cukup,” ujar Ifah sambil tersenyum dan tertawa.
Ketika ditanya tentang tingkat kepuasannya, Ifah menambahkan, “Saya benar-benar puas. Saya tidak hidup hedon, tetapi apa pun yang ingin saya beli, saya bisa beli. Apa yang saya beli biasanya adalah sesuatu yang tahan lama. Jadi, ya, saya juga berpikir jauh ke depan saat membeli sesuatu!” jawabnya dengan antusias.
Ifah menunjukkan bahwa hidup sederhana bukan berarti mengorbankan kebahagiaan.
Hal itu lebih tentang memprioritaskan kebutuhan yang benar-benar penting dan berpikir jauh ke depan dalam pengambilan keputusan finansial.
Dalam hidup, wajar menghadapi masalah keuangan atau sedikit salah perhitungan dalam pengeluaran. Ifah pun memiliki pengalaman serupa, meskipun dalam skala yang sederhana.
“Saya tidak pernah mengalami masalah di mana saya harus menghabiskan banyak uang atau menghadapi krisis keuangan. Namun, kami sesama SSW kadang-kadang saling meminjamkan uang dan membantu jika ada yang kekurangan sedikit saat belanja kebutuhan sehari-hari,” cerita Ifah.
Tindakan saling membantu ini menunjukkan solidaritas yang kuat di antara sesama pekerja SSW.
Dukungan ini memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi siapa pun yang menghadapi tantangan hidup di negara asing.
Salah satu aspek penting dalam hidup di luar negeri adalah dukungan dari komunitas sekitar.
Kami bertanya kepada Ifah tentang pendapatnya mengenai dukungan komunitas di Tokyo.