Contohnya, onigiri disajikan saat kemah musim panas, makanan berbasis labu khas Halloween, dan ayam panggang untuk perayaan Natal.
Ketika Jepang berkompetisi dalam pertandingan sepak bola melawan AS di Olimpiade, menu khusus berupa hamburger disiapkan menggunakan bahan-bahan lokal.
Namekawa menekankan bahwa setiap menu makan siang dirancang dengan memperhatikan kebutuhan kalori anak usia sekolah.
Komposisi makanan selalu mencakup protein, karbohidrat, lemak, dan serat.
Penggunaan gula dan garam dikontrol ketat untuk menjaga kesehatan anak.
Bahan makanan yang digunakan juga dipilih dengan cermat, mengutamakan bahan organik dan bebas pestisida.
Teknik memasak yang digunakan beragam, seperti menumis, memanggang, menggoreng, dan mengukus.
Semua proses dilakukan untuk menjaga cita rasa alami tanpa tambahan bahan kimia atau bumbu instan.
Kyushoku lebih dari sekadar makan siang sekolah. Program ini adalah cerminan filosofi Jepang yang menempatkan pendidikan, budaya, dan kesehatan dalam satu piring.
Di St. Dominic’s Institute, program ini menjadi bukti bagaimana sebuah sekolah dapat memberikan pengalaman kuliner yang mendidik dan bergizi bagi anak-anak.
Sumber:
View this post on Instagram