Tokyo punya cara unik untuk mengumumkan kedatangan udara dingin. Meski belum masuk musim dingin resmi, hawa sejuk mulai terasa sejak awal musim gugur.
Udaranya kering, kulit mulai membutuhkan pelembap ekstra, dan, tanpa diduga, kulit kepala ikut memberikan “alarmnya”, ketombe.
Aku tidak pernah punya masalah dengan ketombe sebelumnya. Bahkan di musim panas Tokyo yang lembap dan panas, kulit kepalaku selalu baik-baik saja.
Aku rajin mencuci rambut setiap hari, memastikan kulit kepala bersih dari kotoran, minyak, dan debu.
Tapi semuanya berubah begitu suhu mulai turun. Rasanya seperti ada siklus aneh yang tak bisa kumengerti.
Kulit kepalaku tiba-tiba mengering, terasa gatal, dan serpihan kecil mulai berjatuhan.
Hal yang membuatku frustrasi adalah ketombe ini datang dan pergi sesuka hati. Ada hari-hari saat kulit kepalaku tenang, tanpa tanda-tanda serangan.
Tapi, begitu aku masuk ke ruangan yang dipenuhi pemanas atau berjalan-jalan di luar dengan angin dingin menerpa, rasanya kepala seperti diserang “gerombolan kecil” tak kasat mata.
Gatal yang muncul tiba-tiba, dan serpihan yang mulai menumpuk di bahu, meski aku merasa sudah melakukan semua yang benar.
Aku mulai bertanya-tanya, kenapa ini hanya terjadi saat udara dingin?
Baca juga:
Di musim panas, meski aku banyak berkeringat dan sering berada di luar, kulit kepalaku tetap terasa normal.
Tapi saat suhu mulai turun, semuanya berubah drastis. Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah mencari tahu, aku menemukan jawabannya.
Saat udara mulai dingin, kelembapan di udara menurun drastis, terutama di Tokyo.
Pemanas di dalam ruangan memperparah kondisi ini dengan menghilangkan sisa-sisa kelembapan yang tersisa.
Kulit kepala, seperti kulit tubuh lainnya, kehilangan kelembapannya. Hasilnya?
Kulit menjadi kering dan mengelupas, yang kemudian kita kenal sebagai ketombe.
Lebih parahnya, saat kulit kepala menjadi kering, ia bereaksi dengan memproduksi lebih banyak minyak untuk melindungi dirinya sendiri.
Kombinasi kulit kering dan minyak berlebih ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur Malassezia, salah satu penyebab utama ketombe.
Jadi, meskipun aku mencuci rambut setiap hari, ternyata itu tidak cukup untuk melawan “musim ketombe” ini.
Sebagai perbandingan, di musim panas, kelembapan udara yang tinggi menjaga kulit kepala tetap terhidrasi secara alami.
Kulit tidak terlalu kering, dan minyak yang diproduksi tubuh terasa cukup untuk melindungi kulit kepala tanpa menimbulkan masalah.
Namun, di saat suhu dingin, segala keseimbangan itu hilang.
Aku mulai mencoba beberapa cara untuk mengatasi ketombe.
Tidak hanya untuk mengurangi ketombe, melainkan juga untuk memahami bagaimana tubuhku bereaksi terhadap perubahan musim di Jepang.
Salah satunya adalah dengan menjaga kelembapan udara di dalam ruangan.
Aku membeli humidifier kecil yang kini menjadi sahabat setia di musim dingin.
Aku juga mulai memilih sampo yang lebih lembut untuk fokus menjaga kelembapan kulit kepala daripada sekadar membersihkannya.
Selain itu, aku juga belajar untuk tidak terlalu keras menggosok kulit kepala saat mencuci rambut.
Ternyata, tindakan ini justru bisa memperburuk kondisi kulit kepala yang sudah kering.
Alih-alih, aku mencoba memijat lembut kulit kepala agar sirkulasi darah lancar tanpa merusak lapisan pelindung alami kulit.
Namun, ada satu hal yang membuatku sadar: ketombe ini tidak sepenuhnya bisa aku hilangkan saat udara dingin.
Aku akhirnya menerima bahwa ini adalah bagian dari pengalaman hidup di Tokyo, sebuah tantangan kecil yang datang bersama keindahan musimnya.
Aku masih merasa frustrasi setiap kali melihat serpihan kecil di mantelku, tapi sekarang aku tahu bahwa ini hanya sementara.
Jadi, jika kamu juga mengalami hal yang sama saat suhu mulai dingin di Jepang, percayalah, kamu tidak sendiri.
Tetap rawat dirimu, nikmati udara segar Tokyo, dan ingat bahwa ini hanyalah bagian kecil dari pengalaman hidup di negeri yang penuh kejutan ini.
Ulasan di atas disampaikan oleh Obull, WNI yang kerja di Tokyo. Dia punya quote favorit "kreativitas adalah kecerdasan yang bersenang-senang".
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Desember 2024)