Tokyo punya cara unik untuk mengumumkan kedatangan udara dingin. Meski belum masuk musim dingin resmi, hawa sejuk mulai terasa sejak awal musim gugur.
Udaranya kering, kulit mulai membutuhkan pelembap ekstra, dan, tanpa diduga, kulit kepala ikut memberikan “alarmnya”, ketombe.
Aku tidak pernah punya masalah dengan ketombe sebelumnya. Bahkan di musim panas Tokyo yang lembap dan panas, kulit kepalaku selalu baik-baik saja.
Aku rajin mencuci rambut setiap hari, memastikan kulit kepala bersih dari kotoran, minyak, dan debu.
Tapi semuanya berubah begitu suhu mulai turun. Rasanya seperti ada siklus aneh yang tak bisa kumengerti.
Kulit kepalaku tiba-tiba mengering, terasa gatal, dan serpihan kecil mulai berjatuhan.
Hal yang membuatku frustrasi adalah ketombe ini datang dan pergi sesuka hati. Ada hari-hari saat kulit kepalaku tenang, tanpa tanda-tanda serangan.
Tapi, begitu aku masuk ke ruangan yang dipenuhi pemanas atau berjalan-jalan di luar dengan angin dingin menerpa, rasanya kepala seperti diserang “gerombolan kecil” tak kasat mata.
Gatal yang muncul tiba-tiba, dan serpihan yang mulai menumpuk di bahu, meski aku merasa sudah melakukan semua yang benar.
Aku mulai bertanya-tanya, kenapa ini hanya terjadi saat udara dingin?