Menjelang waktu pulang, saya tidak yakin apakah mereka terkejut melihat saya berbicara lebih banyak dari biasanya.
Dalam hati, saya berpikir, mungkin mereka mengira saya mabuk. Namun, percakapan malam itu memang menyentuh hal-hal yang saya pahami.
Sayang sekali jika saya melewatkan kesempatan untuk terlibat, apalagi di momen yang sangat berharga seperti itu.
Salah satu aspek menarik dari bonenkai adalah bagaimana suasana kantor yang formal berubah menjadi lebih hangat dan akrab.
Sang senpai, yang biasanya terlihat sibuk dan serius, tertawa lepas malam itu. Sang presiden, yang sering kali berwibawa, terlihat santai dan bahkan ikut bercanda.
Bagi saya yang masih beradaptasi dengan budaya Jepang, bonenkai membuka kesempatan untuk melihat sisi lain dari rekan kerja dan atasan.
Di sini, saya menyadari betapa pentingnya tradisi ini dalam mempererat hubungan di tempat kerja.
Malam itu, setelah acara selesai, semua orang saling mengucapkan terima kasih dan membungkukkan badan dengan senyum hangat.
Meskipun saya tidak mengerti setiap detail pembicaraan, saya tahu bahwa kebersamaan adalah inti dari bonenkai.
Ini bukan hanya tentang makan malam atau minuman, melainkan merayakan kerja keras, berbagi cerita, dan menyambut tahun baru dengan hati yang lebih ringan.