Baca juga:
Seperti halnya pelatihan di LPK lainnya, tantangan tentu ada.
Bagi Ifah, salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi kendala bahasa dan beradaptasi dengan cara belajar yang baru. Namun, dia tidak merasa sendirian.
“Di LPK, meskipun kami berasal dari berbagai daerah, kami saling mendukung. Kami berusaha saling membantu, terutama saat menghadapi kesulitan bahasa. Teman-teman saya dan instruktur selalu memberi dukungan agar kami bisa lebih lancar,” kata Ifah.
Meski begitu, Ifah juga berbagi bahwa dukungan yang didapatkan selama pelatihan tidak selalu bersifat personal.
"Saya merasa cukup terisolasi secara pribadi, karena saya tidak tinggal di asrama seperti sebagian besar teman-teman yang lainnya. Tapi itu memberi saya kesempatan untuk lebih mandiri, pulang ke rumah, dan belajar lebih banyak secara mandiri," tambahnya.
Menyelesaikan pelatihan di LPK dan lolos seleksi untuk program Ginou Jisshu/SSW adalah pencapaian besar bagi Ifah.
Namun, perjalanan ini tidak selalu berjalan mulus. Selain menghadapi pelatihan yang berat, Ifah juga harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kenyataan hidup di Jepang yang sangat berbeda dengan Indonesia.
“Saya harus siap untuk beradaptasi dengan banyak hal, mulai dari cuaca, sistem transportasi, hingga perbedaan budaya yang sangat mencolok. Tapi saya merasa ini adalah kesempatan besar untuk berkembang,” ungkap Ifah.
Meskipun banyak hal yang perlu dipersiapkan, Ifah tidak terlalu khawatir soal makanan halal.
"Saya sudah belajar cara memasak dan menyajikan makanan saya di sini, jadi saya rasa itu bukan masalah besar bagi saya nanti di Jepang," kata Ifah dengan senyum.