Baca juga:
Kalau di Indonesia, monyet identik dengan suara "u-u-a-a". Nah, di Jepang, mereka menirukan suara monyet dengan "ウッキッキー (ukkii-kii)".
Kuda di Indonesia suaranya sering ditulis "hii-haaa".
Berbeda dengan Jepang yang menirukannya dengan "ヒヒーン (hihiin)".
Suara katak di Indonesia biasanya disebut "wrebek-wrebek". Di Jepang, suara hewan amfibi ini diungkapkan dengan "ゲロゲロ (gero-gero)".
Ketika kami mencoba menirukan suara-suara ini, tawa pun pecah.
Aku semakin kagum dengan kekayaan Bahasa Jepang dalam mengekspresikan suara, kondisi, dan bahkan emosi melalui onomatope.
Dalam Bahasa Indonesia, dikenal ideofon yang cenderung lebih sederhana yakni kata yang menirukan bunyi, gerak, atau keadaan tertentu seperti menggelegak atau menggeleng.
Namun, baik ideofon maupun onomatope Jepang, keduanya punya tujuan serupa.
Keduanya berfungsi menggambarkan bunyi, kondisi, atau emosi secara lebih jelas dan ekspresif dalam komunikasi sehari-hari. Menarik, ya!
Ulasan di atas disampaikan oleh OBULL, pekerja kantoran asal Indonesia yang tinggal di Tokyo. Ia penggemar seni dan kutipan favoritnya "kreativitas adalah kecerdasan yang bersenang-senang".
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (September 2024)
*Artikel ini telah mengalami perubahan. Artikel asli diterbitkan pada 2 Oktober 2024.
View this post on Instagram