Sumo merupakan gulat tradisional Jepang yang telah menjadi olahraga nasional negeri ini.
Jepang mengadakan turnamen sumo tahunan sebanyak enam kali pada Januari, Maret, Mei, Juli, September, dan November.
Turnamen sumo terdekat bakal diadakan di Fukuoka pada 10-24 November 2024 seperti mengutip situs web Japan Sumo Association.
Gulat tradisional Jepang ini berakar dari agama Shinto yang konon sudah ada sejak periode Yayoi (300 Sebelum Masehi-300 Masehi).
Simak sejarah sumo Jepang dan perkembangannya sampai kini melansir World History Encyclopedia.
Baca juga: Apa Itu Sumo? Olahraga Nasional Jepang
Awal mula sumo tak diketahui secara pasti tetapi dipercaya sudah dilakukan sejak periode Yayoi sebagai bagian dari ritual Shinto, di mana dewa/dewi atau roh dipanggil atau diperangi.
Pesumo pertama di Jepang bernama Nomi no Sukune yang dikenal sebagai keturunan Amenohohi, putra dari dewi matahari Amaterasu.
Nomi no Sukune diperintah oleh Kaisar Suinin (memerintah pada 29 SM-70 M) untuk melawan pesumo lain bernama Taima no Kehaya. Nomi no Sukune memenangkan pertandingan ini.
Pertandingan gulat antara orang kuat menjadi ritual penting pada periode Nara abad ke-8 Masehi.
Kontes itu disebut tsuji-zumo dengan hadiah uang tunai yang kerap melibatkan samurai.
Tidak banyak aturan pasti pada tsuji-zumo. Bahkan, tak sedikit pesumo yang mati saat pertandingan.
Ada pula kanjin-zumo, pertandingan sumo yang diadakan di kuil Shinto untuk menggalang donasi demi keberlangsungan hidup kuil.
Gerakan pesumo saat bertanding mencerminkan kepercayaan Shinto.
Misalnya saja, mereka mengangkat satu kaki kemudian menghentakkannya dengan keras ke tanah selama beberapa kali yang disebut shiki.
Shiki berasal dari praktik kuno para prajurit yang melakukan gerakan itu sebelum pertempuran untuk menakut-nakuti musuh.
Dalam mitologi Shinto, Dewi Amaterasu juga melakukan shiki ketika menghadapi Susanoo, saudara laki-lakinya yang sulit dikendalikan.
Pesumo juga kerap menepukkan tangan sebelum pertandingan. Ini merupakan praktik penganut Shinto untuk bertepuk tangan sebelum dan sesudah berdoa.
Selanjutnya, pesumo biasanya menaburkan garam secara berkala di arena pertandingan sumo (dohyo).
Dalam kepercayaan Shinto, menaburkan garam diyakini sebagai cara bersuci atau menyucikan.
Terakhir, wasit sumo alias gyoji memakai jubah seperti penghuni istana kekaisaran Jepang pada abad pertengahan dan mirip jubah pendeta Shinto saat ini.
Baca juga: Tata Cara Mengunjungi Kuil Shinto
Pertandingan sumo yang sekarang berjalan secara rutin di Jepang dimulai di kuil Shinto Tomioka Hachimangu di Tokyo pada periode Edo tepatnya tahun 1684 M.
Sejak saat itu, pertandingan sumo rutin diadakan terutama oleh mantan samurai Ikazuchi Gondayu.
Ia pun berperan menciptakan aturan dan arena sumo yang dipraktikkan sampai sekarang.
Pesumo atau rikishi kini menjadi pekerjaan profesional.
Mereka berlatih sumo sejak lulus SMP di sumo-beya dan berjuang mendapatkan tingkatan tinggi di antara pesumo.
Baca juga: 4 Fakta Kehidupan Pesumo Jepang, Berat Badan Lebih dari 150 Kg
Sumber: