Di beberapa titik video, beberapa wisatawan mulai menunjukkan perilaku tak terpuji, seperti buang sampah sembarangan di kuil.
Video ini kemudian berpindah ke sisi pandang seorang pemantau Jepang yang bingung dengan apa yang tengah terjadi.
Dengan menggunakan teleskop monokuler, sang pemantau memutuskan untuk melihat apa yang orang-orang di depannya pikirkan.
Bagian kedua masing-masing video disampaikan melalui sebuah teropong monokular. Setiap adegan direkam secara direka ulang, namun sekarang ditambah pikiran khalayak Jepang yang lewat dan para wisatawan yang kelihatannya kasar di bagian awal video.
Ternyata, wisatawan yang buang sampah sembarangan tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap minumannya karena tidak ada tong sampah di sekitarnya. Sejatinya, ia tak ingin membawa minumannya ke dalam kuil.
Ternyata, wisatawan yang berfoto ceria hanya ingin berlaku ramah. Saksi mata yang sedang berbicara di telepon saat berada di kuil ternyata sedang di posisi sulit, ia tak bisa menolak panggilan dari atasannya.
Orang Jepang dengan teleskop monokular ini adalah sarana naratif yang cerdas, memaksa para penonton untuk melihat satu adegan dari berbagai sudut pandang berbeda seperti tajuk videonya, "Seeing Differently" (Melihat dari Sisi Berbeda).
Video ini mengungkit topik tabu mengenai tata krama para turis dan memberi solusi dengan cara yang pandai dan kritis, layaknya sebuah teka-teki.
Oleh karena itu, satu kejadian terkadang tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Akan lebih baik jika mengambil hikmahnya dengan menggunakan "kacamata" orang lain juga.
Alfonsus/Sumber: Japan Forward