Namun, hal ini masih diperdebatkan karena ada negara yang memiliki hidangan serupa. Para pakar sejarah makanan berspekulasi bila tempura Portugal datang dari makanan dari Goa di India yang bernama Pakora.
Terlepas dari asal usulnya, Jepang berhasil menggabungkan makanan asing dengan budayanya, sehingga menjadi jati diri negara.
Tempura dan minyak
Saat pertama kali diperkenalkan, tempura tidak begitu populer karena jarang dimasak. Hal ini karena teknik masak menggoreng merupakan hal yang “asing.
Kemungkinan pada masa itu harga minyak begitu mahal. Padahal, tempura butuh banyak minyak.
Hal itu berubah pada Zaman Edo (1603 – 1867), saat produksi minyak sayur dan minyak wijen meningkat pesat di Jepang.
Tempura dikonsumsi sebagai makanan ringan, bukan sebuah hidangan. Namun, karena arsitektur kayu Jepang yang mudah terbakar, tempura masih jarang dimasak di rumah, melainkan di rumah makan kelas atas.
Cara makannya pun berbeda dengan zaman sekarang. Dulu, tempura dihidangkan batangan seharga 4 mon (sekarang, 80 yen).
Karena rakyat Jepang jarang makan daging dan makanan berminyak, mereka memakan tempura dengan lobak parut untuk “menghilangkan” sensasi berminyak.
Konon katanya, shogun pertama pada Zaman Edo, Ieyasu Tokugawa, amat suka dengan tempura.