Tentu, peraturan agama tidaklah dibuat untuk itu. Bagi saya yang hidup dan besar di dalam masyarakat Jepang sebagai “orang Jepang”, menaati semua ajaran agama ini merupakan kesulitan tersendiri. Namun saya berusaha untuk mentaati ajaran agama.
Pada saat inilah saya berpikir bahwa ketaatan seseorang dalam beragama tidaklah terpengaruh pada seberapa taatnya orang lain, tetapi merupakan hal yang ditentukan oleh individu itu sendiri melalui percakapannya dirinya sendiri dengan Tuhan.
Kesan bahwa Muslim adalah Orang Asing
Bila saya berkunjung ke masjid yang ada di Jepang, saya akan bertemu dengan banyak orang Muslim lainnya. Namun kebanyakan dari mereka adalah orang asing dan hanya sedikit yang orang Jepang.
Kebanyakan dari orang asing Muslim ini membentuk komunitas dengan orang yang berasal dari negara yang sama. Bila ada orang asing Muslim yang berpikir Jepang negara yang sulit untuk ditinggali oleh Muslim, mereka bisa kembali ke negara asalnya. Teman ayah saya pun banyak yang kembali ke negara asalnya. Lalu, bagi orang Jepang Muslim seperti saya, apa yang harus saya lakukan bila berpikir seperti itu?
Dari sekarang pun saya akan hidup sebagai seorang Muslim di Jepang, menikah dengan orang Jepang, terus menggunakan nama Jepang, dan berbahasa Jepang, dan tentunya negara asal saya adalah Jepang.
Saya berpikir untuk orang-orang Muslim keturunan seperti saya perlu membentuk komunitas tersendiri agar generasi Muslim berwarga negara Jepang ke depannya akan tinggal di Jepang dengan lebih nyaman.
Di sinilah saya rasa perlu membangun yang mengutamakan hubungan horizontal antara sesama Muslim. Kewarganegaraan dengan agama memang dua hal yang berbeda. Namun untuk menciptakan masyarakat yang tidak terbatasi dengan agama, saya pikir generasi saya harus berusaha keras.
Terakhir, kesempatan untuk menulis artikel seperti ini pun bisa saya dapatkan berkat pendidikan yang saya terima dari orang tua. Untuk hidup sebagai seorang Muslim yang benar, pendidikan adalah hal yang terpenting dibandingkan dengan hal lainnya.
Ayah saya punya cara sendiri menanamkan Islam kepada saya. Sedangkan ibu saya yang masuk agama Islam dari pertengahan hidupnya membagikan pengalamannya sulitnya menjadi Islam sambil mendengarkan pemikiran saya.