Sekalipun itu pertanyaan paling tidak sopan dari seorang teman, akan saya terima dengan senyuman. Saya pikirkan kembali atau bahkan saya balas dengan candaan ringan.
Di negara Jepang yang penduduk Muslim merupakan kaum minoritas, kita sebagai seorang Muslim sebaiknya mengubah pola pikir negatif kita ke positif dan memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk mengetahui agama Islam lebih dekat merupakan hal yang penting.
Perkataan Orang Tua Bukanlah Suatu “Keharusan”
Di Jepang, hal yang paling dipedulikan oleh orang sekitar yang bukan Muslim tentunya adalah “Peraturan”. Agama Islam sendiri memiliki berbagai peraturan yang berupa keharusan, seperti tidak boleh makan daging babi, tidak boleh minum minuman beralkohol, dan harus menunaikan ibadah solat lima kali sehari.
Bila saya boleh berkata jujur, akan sangat sulit untuk saya menjalankan keharusan ini sekarang. Semenjak saya menjadi mahasiswa dan tinggal sendiri, saya mulai berpikir betapa tidak rajinnya saya sebagai seorang Muslim.
Saya berpikir untuk menjaga diri saya untuk melakukan semua keharusan ini sebisa mungkin selama tinggal di Jepang. Tentu melakukan semuanya saat menjalani kehidupan sehari-hari adalah yang terbaik, tetapi setelah saya pikirkan pada akhirnya ini akan menjadi sebuah keputusan yang dibuat dengan percakapan diri saya sendiri dengan Tuhan.
Ayah saya sendiri merupakan seorang Muslim yang sangat taat, beliau akan solat sesuai dengan waktunya di mana pun berada. Selain itu, beliau tidak akan memakan segala makanan yang pada kandungannya tertulis gelatin ataupun nyuukazai (sejenis olahan fermentasi).
Melihat apa yang dilakukan ayah, saya berpikir bahwa beliau sangatlah hebat. Tetapi, saat beliau meminta saya untuk melakukan hal yang sama, saya merasakan sedikit perasaan aneh.
Di sisi lain, saat saya tidak melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh ayah, beliau akan marah. Biasanya akhirnya kami menjadi bertengkar mulut. Jadi, ada bagian dari diri saya yang menunaikan ibadah hanya agar tidak dimarahi oleh orang tua.
Tentu, peraturan agama tidaklah dibuat untuk itu. Bagi saya yang hidup dan besar di dalam masyarakat Jepang sebagai “orang Jepang”, menaati semua ajaran agama ini merupakan kesulitan tersendiri. Namun saya berusaha untuk mentaati ajaran agama.