“Pengiriman Tobe-yaki menurun sejak tahun 1990-an. Hal ini akibat para pengrajin yang ahli sudah semakin tua, banyak yang pensiun dan ada masalah kekurangan sumber daya manusia untuk membuatnya,” ungkap Akira.
Walau begitu, selalu ada harapan. Dengan adanya teknologi gas kiln (pembakaran keramik menggunakan gas kiln) dan minat generasi muda pada kerajinan tradisional telah menyelamatkan budaya pembuatan kerajinan tanah liat di area ini. Warisan kerajinan tradisional ke generasi sekarang yang berusaha ditangkap oleh proyek yang dilakukan Starbucks untuk rangkaian karya Jimoto.
Berikut sedikit ulasan bagaimana Mug CHUYO San Karakusa untuk rangkaian karya JIMOTO dibuat di Baizangama:
Pengrajin menggunakan roda untuk membentuk tanah liat saat membuat mug. Bentuk dari bulatan dan ketebalan ujungnya bisa diperoleh berkat rotasi dari roda.
Setelah menaruh pegangan dan mengeringkannya dengan sempurna, mereka menaruhnya dalam oven gas dan memanaskannya dalam suhu 900 derajat Fahrenheit selama 8-10 jam. Setelah proses pemanasan, gelas akan diberikan pewarnaan dasar dan tampak berwarna sedikit merah muda.
Selanjutnya, mug yang sudah ada lukisannya dicelup dalam pelapis dan dibakar dalam suhu 1.300 derajat di glasur kiln.
Mug CHUYO yang merupakan hasil kolaborasi Starbucks dan Baizangama ini dinamakan Mug San Karakusa yang berarti pola arabesque tiga.
Mug memiliki bentuk seperti gunung yang terinspirasi dari simbol Tobe-yaki: gunung Toishi.
“Warnanya putih dan sederhana saat ditaruh di meja. Namun jika Anda mengangkat mug, maka Anda akan melihat pola arabesque di bawahnya,” kata Iwahashi dari Baizangama.
Ia membagikan perasaannya tentang rangkaian karya JIMOTO terbaru ini dan pentingnya nilai dari mug tersebut. “Ini bukan sekadar gelas, tetapi mug yang dapat mengekspresikan pentingnya komunikasi saat waktunya minum kopi bersama. Mug ini menyiratkan ‘komunikasi melalui secangkir kopi’ yang menjadi nilai filosofi dari Starbucks,” kata Iwahashi.
Saat berkunjung ke area Chuyo di prefektur Ehime, pastikan Anda mendapatkan Mug San Karakusa dan lihatlah sekilas kreativitas dan semangat dari pengrajin lokal dan Starbucks.
Provided by Japan Walker™ and Tokyo Walker™ (29 Maret 2019)