Pada 7 April 2020, Jepang mengumumkan status darurat pertamanya sebagai respons terhadap pandemi Covid-19.
Keputusan ini menjadi titik balik penting bagi sektor pariwisata negara tersebut.
Tiga tahun berlalu, industri pariwisata Jepang mengalami perubahan besar.
Beberapa tandanya adalah penurunan tajam, pemulihan bertahap, hingga tantangan baru terkait overtourism atau kelebihan wisatawan.
Dampak Langsung dan Penurunan Awal
Munculnya pandemi memicu penerapan pembatasan perjalanan yang ketat, sehingga jumlah wisatawan internasional menurun drastis.
Kondisi ini berdampak berat pada berbagai bisnis yang bergantung pada pariwisata, mulai dari sektor perhotelan hingga objek wisata lokal.
Akibatnya, banyak wilayah di Jepang mengalami kesulitan ekonomi yang signifikan.
Baca juga:
- Jumlah Wisatawan Asing di Jepang Catat Rekor Tertinggi, Capai 3,4 Juta pada Maret 2025
- Rekor Terbaru Pariwisata Jepang 2024, Belanja Turis Asing Tembus Rp 856,4 Triliun
Pemulihan Bertahap dan Peningkatan Ekonomi
Mengutip laporan dari Axios, seiring dengan meningkatnya program vaksinasi global dan pelonggaran pembatasan perjalanan, Jepang mulai mengalami kebangkitan pariwisata.
Pelemahan nilai yen menjadikan Jepang destinasi yang lebih menarik, terutama bagi wisatawan dari negara tetangga di Asia.
Kebangkitan ini turut mendorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi setelah Jepang mengalami dekade panjang deflasi.