Bagi banyak orang, Jepang adalah negara impian yang menjanjikan kesempatan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Namun, bagi para pekerja migran seperti Widy, Jepang bukan hanya tentang gaji tinggi atau pekerjaan yang lebih stabil, melainkan juga perjalanan panjang penuh perjuangan, adaptasi, dan pelajaran hidup yang tak terduga.
Widy sudah empat tahun tinggal di Jepang sebagai pekerja SSW.
Seperti kebanyakan perantau, ia datang dengan harapan besar, tetapi juga dengan ketakutan yang tak terelakkan.
Bahasa yang asing, budaya yang berbeda, dan sistem kerja yang sangat disiplin adalah tantangan yang harus ia taklukkan setiap hari.
Namun, di balik semua itu, ada hal-hal yang membuatnya tetap bertahan dan terus berkembang.
Baca juga:
- Dari Boyolali ke Osaka, Kisah Inspiratif Widy Jadi Trainee SSW di Jepang
- Video Call Keluarga Tiap Hari, Cara Widy Obati Rindu di Jepang
- Kehangatan di Perantauan, Solidaritas Pekerja SSW di Asrama Jepang
Bahasa Jepang: Dari Kebingungan hingga Percaya Diri
Bahasa Jepang menjadi salah satu rintangan terbesar bagi pekerja asing.
Awalnya, percakapan orang Jepang bagi Widy seperti mendengar sekumpulan kata yang tak ada hubungannya satu sama lain.
Setiap percakapan terasa seperti teka-teki yang sulit dipecahkan.
“Aku dulu mencoba belajar sendiri, tapi karena nggak tahu harus mulai dari mana, akhirnya aku sering menunda-nunda. Aku pikir, ‘Ah, besok aja belajarnya.’ Tapi besok jadi lusa, lusa jadi minggu depan, dan aku nggak berkembang sama sekali,” kenangnya.