Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Ini Restoran Ramen Berbintang Michelin di Tokyo, Apa Istimewanya?

Kompas.com - 16/Apr/2020, 11:10 WIB
Hidangan andalan Tsuta, ramen shoyu, yang mengantarkan restoran tersebut menjadi ramenya pertama di Jepang dengan bintang Michelin pada 2016.
Lihat Foto
Hidangan andalan Tsuta, ramen shoyu, yang mengantarkan restoran tersebut menjadi ramenya pertama di Jepang dengan bintang Michelin pada 2016.

OhayoJepang - Kamu penggemar ramen? Jika "iya", maka restoran ramen dan soba Tsuta harus ada dalam daftar rekomendasimu. 

Saat ini sebaiknya di rumah saja, tetapi jika wabah corona berakhir dan ada kesempatan jalan-jalan di Tokyo, maka kunjungi restoran ini.

Baca juga: Inilah 5 Kedai Ramen Terbaik di Fukuoka

Restoran ramen ini pernah mendapatkan bintang Michelin. Inilah salah satu restoran ramen yang paling terkenal di Tokyo yang memikat para pecinta ramen dari dalam dan luar Jepang. Yuk, simak sepak terjang Tsuta.

Pindah dari Sugamo

Pendiri restoran Tsuta, Yuki Onishi, tidak dapat berpuas diri dengan Tsuta meskipun telah banyak memenangkan penghargaan baik domestik dan mancanegara.

Bahkan, restorannya telah membuka cabang di luar Jepang. Namun, hal-hal tersebut tidak membuat Onishi mawas diri.

Sebaliknya, pada November lalu, Onishi menutup Tsuta di tempat ia memulai dan berusaha selama tujuh tahun dan menjadi ramenya (restoran ramen) pertama yang dianugerahi bintang Michelin.

Awalnya restoran ini berlokasi di Sugamo, daerah kuno yang termasyur dengan keberadaan Tsuta.

Pendiri Tsuta, Yuki Onishi.
Pendiri Tsuta, Yuki Onishi.

Sebulan kemudian, Onishi kembali beraksi di daerah yang baru dengan dasar dan kreasi baru pada hidangan ramennya.

Jadi, apa yang berbeda? Pertama, Tsuta sekarang terletak di Yoyogi-Uehara, lingkungan di Tokyo yang lebih "hidup" dan modern dibandingkan Sugamo. Selain itu, Yoyogi-Uehara juga jauh lebih dekat ke jantung kota Tokyo.

Dengan kata lain, bukan hanya dari segi geografis, Onishi juga lebih diuntungkan dalam hal menjangkau konsumen.

Tsuta baru vs. Tsuta lama

Restoran Tsuta versi dulu terlalu sempit dan sunyi. Kamu masuk, memilih menu dari mesin tiket di dekat pintu, lalu duduk dalam keheningan di konter dengan sembilan kursi menunggu hidanganmu.

Terasa seperti mengikuti upacara, kan? Namun, begitulah suasana restoran ramen klasik dengan nuansanya yang beradab.

Sekarang, perbedaannya benar-benar kontras! Setelah mendaki sedikit anak tangga, kamu akan dihadapkan dengan ruang makan yang terang benderang dengan dapur terbuka.

Terdapat kursi untuk 11 orang di konter hitam pekat dan tempat duduk serta meja untuk 12 orang di bagian belakang.

Koki kepala di Tsuta, Ryo Miyawaki, menyiapkan hidangan ramen di Tsuta yang baru.
Koki kepala di Tsuta, Ryo Miyawaki, menyiapkan hidangan ramen di Tsuta yang baru.

Berbeda dari restoran Tsuta yang dulu, Tsuta versi kini lebih terang, luas, dan santai.

Daripada repot-repot dengan mesin pesan, kamu tinggal duduk lalu memilih dari menu. Pesan dan icip sedikit bir (Heartland) sembari memilih mau ramen dengan shoyu (kecap asin), shio (garam), atau miso?

Ketiga pilihan tersebut sama-sama enak. Namun, kamu ingin yang orisinal? Cobalah ramen shoyu khas Tsuta. Walaupun sudah pindah, rasanya tetap sama!

Kelezatan ramen Tsuta

Ramen di Tsuta terasa empuk karena dibuat sendiri dari empat jenis tepung gandum langsung dari batu penggilingan. Kuah ramennya kaya rasa dengan umami alami, keseimbangan rasanya sempurna: terasa ringan di lidah dengan rasa yang dalam dan pekat hasil perpaduan dari tiga aneka kecap asin.

Untuk menambah kompleksitas ramen, Onishi mengembangkan saos truffle hitam yang ditambahkan pada shoyu ramen sehingga memadukan rasa gurih dengan rasa "bumi". Saos inilah yang menjadi senjata rahasia Onishi yang menempatkan ramennya lebih daripada yang lain.

Lebih jauh lagi, Onishi mulai mencampurkan cuka balsamik ke dalam ramennya, menambahkan rasa manis yang tajam dan asam yang lembut.

Dengan rasa semewah itu, tak heran jika ramen shoyu Tsuta dibandrol seharga 1.300 yen, lebih enak lagi jika ditambah topping lain. Tambahkan potongan char siew (dari babi hitam Berkshire) dan telur ajitama (dari ayam betina Aomori Shamrock) dengan total harga 650 yen. Dijamin, enggak bakal nyesel!

Jika kamu belum puas, kamu dapat memesan truffle hitam yang diparut di atas ramenmu (dengan membayar tambahan harga sebesar 1.600 yen). Apakah berpengaruh pada rasa? Tidak juga. Namun, parutan truffle hitamnya membuat hidangan terlihat lebih menarik.

Keuntungan dari kepindahan Tsuta ke Yoyogi-Uehara adalah kamu tidak perlu datang lebih awal untuk membeli tiket dan makan mengejar waktu. Prosedur ini hadir saat Tsuta memenangkan bintang Michelin-nya pada 2016 dikarenakan antrian yang membludak.

Sekarang, siapa cepat, dia dapat. Apalagi, saat jam makan siang, antrian semakin panjang. Tetapi, jika kamu datang di waktu yang tepat (satu jam atau kurang dari waktu tutup), kamu dapat melenggang masuk.

Walaupun pro dan kontra menyertai Tsuta yang baru, apalagi harganya yang selangit, seluruh pihak diuntungkan saat Tsuta sekarang menerima kartu kredit dan uang elektronik. Selain itu, Tsuta juga sekarang memutar lagu! Penyanyi kesukaan Onishi ialah David Bowie, dan itulah yang akan kamu dengar sepanjang waktu di Tsuta.

Aksi koki eksekutif sekaligus pendiri Tsuta, Yuki Onishi, di dapur Tsuta yang baru.
Aksi koki eksekutif sekaligus pendiri Tsuta, Yuki Onishi, di dapur Tsuta yang baru.

Apakah makna David Bowie bagi Onishi? Ia menuliskan: "Saya ingin menjadi David Bowie-nya dunia ramen, seseorang yang... mengubah dunia melalui ekspresi diri."

Sumber: The Japan Times

Halaman:
Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar dibawah ini! *S&K berlaku
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.