Dengan kata lain, bukan hanya dari segi geografis, Onishi juga lebih diuntungkan dalam hal menjangkau konsumen.
Tsuta baru vs. Tsuta lama
Restoran Tsuta versi dulu terlalu sempit dan sunyi. Kamu masuk, memilih menu dari mesin tiket di dekat pintu, lalu duduk dalam keheningan di konter dengan sembilan kursi menunggu hidanganmu.
Terasa seperti mengikuti upacara, kan? Namun, begitulah suasana restoran ramen klasik dengan nuansanya yang beradab.
Sekarang, perbedaannya benar-benar kontras! Setelah mendaki sedikit anak tangga, kamu akan dihadapkan dengan ruang makan yang terang benderang dengan dapur terbuka.
Terdapat kursi untuk 11 orang di konter hitam pekat dan tempat duduk serta meja untuk 12 orang di bagian belakang.
Berbeda dari restoran Tsuta yang dulu, Tsuta versi kini lebih terang, luas, dan santai.
Daripada repot-repot dengan mesin pesan, kamu tinggal duduk lalu memilih dari menu. Pesan dan icip sedikit bir (Heartland) sembari memilih mau ramen dengan shoyu (kecap asin), shio (garam), atau miso?
Ketiga pilihan tersebut sama-sama enak. Namun, kamu ingin yang orisinal? Cobalah ramen shoyu khas Tsuta. Walaupun sudah pindah, rasanya tetap sama!
Kelezatan ramen Tsuta