Ramen di Tsuta terasa empuk karena dibuat sendiri dari empat jenis tepung gandum langsung dari batu penggilingan. Kuah ramennya kaya rasa dengan umami alami, keseimbangan rasanya sempurna: terasa ringan di lidah dengan rasa yang dalam dan pekat hasil perpaduan dari tiga aneka kecap asin.
Untuk menambah kompleksitas ramen, Onishi mengembangkan saos truffle hitam yang ditambahkan pada shoyu ramen sehingga memadukan rasa gurih dengan rasa "bumi". Saos inilah yang menjadi senjata rahasia Onishi yang menempatkan ramennya lebih daripada yang lain.
Lebih jauh lagi, Onishi mulai mencampurkan cuka balsamik ke dalam ramennya, menambahkan rasa manis yang tajam dan asam yang lembut.
Dengan rasa semewah itu, tak heran jika ramen shoyu Tsuta dibandrol seharga 1.300 yen, lebih enak lagi jika ditambah topping lain. Tambahkan potongan char siew (dari babi hitam Berkshire) dan telur ajitama (dari ayam betina Aomori Shamrock) dengan total harga 650 yen. Dijamin, enggak bakal nyesel!
Jika kamu belum puas, kamu dapat memesan truffle hitam yang diparut di atas ramenmu (dengan membayar tambahan harga sebesar 1.600 yen). Apakah berpengaruh pada rasa? Tidak juga. Namun, parutan truffle hitamnya membuat hidangan terlihat lebih menarik.
Keuntungan dari kepindahan Tsuta ke Yoyogi-Uehara adalah kamu tidak perlu datang lebih awal untuk membeli tiket dan makan mengejar waktu. Prosedur ini hadir saat Tsuta memenangkan bintang Michelin-nya pada 2016 dikarenakan antrian yang membludak.
Sekarang, siapa cepat, dia dapat. Apalagi, saat jam makan siang, antrian semakin panjang. Tetapi, jika kamu datang di waktu yang tepat (satu jam atau kurang dari waktu tutup), kamu dapat melenggang masuk.
Walaupun pro dan kontra menyertai Tsuta yang baru, apalagi harganya yang selangit, seluruh pihak diuntungkan saat Tsuta sekarang menerima kartu kredit dan uang elektronik. Selain itu, Tsuta juga sekarang memutar lagu! Penyanyi kesukaan Onishi ialah David Bowie, dan itulah yang akan kamu dengar sepanjang waktu di Tsuta.
Apakah makna David Bowie bagi Onishi? Ia menuliskan: "Saya ingin menjadi David Bowie-nya dunia ramen, seseorang yang... mengubah dunia melalui ekspresi diri."
Sumber: The Japan Times