Ini tombol yang dimaksud.
Menyentuh tombol ini membuat layar berubah dan menu akan ditampilkan dalam bahasa Inggris, China tradisional dan Korea (huruf Hangul).
Sekarang lihat bumbu dan saus penyedap. Di sisi kiri adalah shoyu atau kecap asin khas Jepang. Botol tinggi di sebelahnya adalah saus Chuno. Saus ini penyedap yang unik di Jepang karena rasanya yang manis getir. Botol selanjutnya yang berukuran lebih kecil adalah Ichimi Togarashi, semacam bubuk campuran cabai dan rempah-rempah.
Berikutnya adalah botol Ponzu. Ponzu merupakan saus dengan bahan dasar jeruk serta tambahan shoyu, cuka beras, dan dashi (kaldu masak khas boga Jepang). Ponzu biasa digunakan untuk menambahkan rasa asam pada makanan.
Sebenarnya, tempat menaruh bumbu penyedap ini punya kejutan lainnya.
Seperti yang Anda lihat, ada laci kecil yang jika ditarik berisi sumpit. Ketika Anda makan di restoran ini, Anda bisa mengambil sendiri sumpit yang tersedia pada laci tersebut. Namun, hal ini tidak berlaku di semua restoran yang ada di Jepang. Beberapa restoran menyediakan sumpit sekali pakai atau waribashi. Restoran lainnya hanya memberikan sumpit setelah makanan datang dan sesuai dengan jumlah tamu.
Ini adalah Otoshi, hidangan yang disajikan dalam wadah kecil dan biasanya tersedia tanpa Anda memesan sekalipun. Walau tidak dipesan dan dimakan, Anda tetap harus membayarnya. Ini merupakan sebuah biaya tambahan.
Hal ini merupakan kebiasaan yang berlaku pada restoran-restoran sake di Jepang. Jangan menolaknya dengan mengatakan “Saya tidak memesan itu”.
Pada beberapa restoran, nota pembayaran akan ditaruh di meja seperti tampak pada foto. Apa yang Anda pesan akan tertulis pada nota ini. Untuk restoran yang menggunakan sistem ini, ada papan untuk menaruh nota yang terletak di sisi meja.
Jika kertas nota dibalik, Anda bisa lihat detail pemesanan, harga, dan total pembayaran, seperti tampak pada foto di atas. “Otoshi pada restoran ini ditulis pada baris keempat dari bawah. Semua harga tertera dalam mata uang yen.