“Kalau SSW ada skill test-nya, itu yang membedakan, karena tes keterampilan harus dibuktikan dengan kelulusan pendaftar,” ujarnya.
Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi lulusan SMK relevan dengan kebutuhan tenaga kerja di Jepang.
Dengan persiapan yang matang, mereka memiliki peluang lebih besar untuk lolos seleksi dan mendapatkan status residensi SSW.
Selain keterampilan teknis, kemampuan bahasa juga menjadi syarat penting untuk bekerja di Jepang.
Lulusan SMK dituntut memiliki kemahiran bahasa Jepang setidaknya setara JLPT N4 atau JFT Basic (setara A2).
Penguasaan bahasa akan mempermudah komunikasi di tempat kerja sekaligus memperbesar peluang adaptasi dengan lingkungan baru.
Di sisi lain, soft skill juga perlu ditingkatkan agar seimbang dengan hard skill yang dimiliki.
Etos kerja, kedisiplinan, kemampuan kerja sama tim, komunikasi, dan pemecahan masalah menjadi bekal dasar yang penting.
Keterampilan tersebut biasanya mulai diasah sejak masa praktik atau magang di sekolah, tetapi perlu terus dipertajam sebelum terjun ke dunia kerja internasional.
Kombinasi antara hard skill dan soft skill akan menjadi keunggulan utama lulusan SMK Indonesia saat bersaing di pasar tenaga kerja Jepang.
@ohayo_jepang Di Jepang, kebersihan bukan cuma aturan, tapi gaya hidup. Sampah nggak sembarang dibuang, tempat umum dijaga, dan semua orang sadar pentingnya lingkungan bersih. Kalau tiba-tiba jadi lebih peduli sama kebersihan setelah balik dari Jepang... itu wajar ya🥰 Kreator Konten: Salma Aichi Produser: Luthfi Kurniawan Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #Tinggaldijepang #KerjaJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang