Bagi seorang pelancong asal Indonesia, keluar dari gemerlap Tokyo lalu berhadapan dengan festival musim panas di Jepang terasa seperti memasuki dunia lain.
Suasana penuh warna, dentuman musik, dan aroma makanan jalanan membuat siapa pun merasa larut dalam budaya yang sudah berusia ratusan tahun.
Di balik keramaian, ada tradisi yang dijaga dan diwariskan sehingga menjadi jembatan antara generasi tua dan muda.
Festival musim panas di Jepang tak sekadar hiburan, melainkan ruang bersama untuk merayakan warisan budaya.
Baca juga:
Sepanjang Juli hingga Agustus, Jepang dipenuhi matsuri yang meramaikan hampir setiap kota.
Di Kyoto, Gion Matsuri menjadi puncak perayaan dengan arak-arakan kendaraan hias pada 17 dan 24 Juli.
Malamnya, warga membuka rumah mereka dalam tradisi yoiyama untuk memperlihatkan pusaka sekaligus berbagi makanan dengan pengunjung.
Sementara di Tokyo, suasana tak kalah meriah lewat Sumidagawa Hanabi Taikai pada Sabtu terakhir Juli.