Musim panas di Jepang bukan hanya tentang cuaca hangat dan pesta kembang api.
Ada satu hal yang membuat musim ini begitu hidup yaitu matsuri, festival yang merayakan kebersamaan, tradisi, dan kegembiraan.
Wisatawan Indonesia yang ikut matsuri di luar Tokyo akan merasakan pengalaman budaya yang meriah sekaligus akrab.
Baca juga:
Matsuri (祭り) dalam bahasa Jepang berarti “festival”.
Namun, maknanya lebih dari sekadar pesta.
Sebagian besar matsuri berakar pada tradisi keagamaan, baik Shinto maupun Buddha.
Festival ini biasanya digelar untuk menghormati dewa, berdoa demi panen yang baik, atau menandai pergantian musim.
Walau setiap daerah punya cara sendiri dalam merayakannya, ada kesamaan yang selalu terasa.
Suasana matsuri dipenuhi arak-arakan meriah, tabuhan genderang taiko, orang-orang yang mengenakan yukata, serta deretan stan makanan yang menggoda.
Semua ini membuat matsuri menjadi pengalaman budaya yang lengkap, bukan hanya tontonan.
Bagi wisatawan Indonesia yang berani melangkah keluar dari Tokyo, matsuri di daerah terasa lebih otentik dan hangat.
Energi kebersamaan yang muncul mirip dengan tradisi budaya di Indonesia, seperti sedekah bumi atau grebeg.
Di Aomori, ada Nebuta Matsuri yang menyulap jalanan menjadi lautan lampion raksasa yang bercahaya.
Sementara di Kochi, Yosakoi Festival menghadirkan ribuan penari dengan gerakan penuh semangat di sepanjang jalan kota.
Setiap festival menampilkan sesuatu yang unik, mulai dari dialek lokal, makanan khas, hingga tata cara berdoa di kuil.
Semua itu memberi kesempatan bagi orang Indonesia untuk melihat Jepang dari sisi yang lebih beragam, jauh dari gemerlap neon Tokyo.
Bagi orang Indonesia, ada banyak kemiripan nilai dalam matsuri.
Festival ini bukan hanya untuk ditonton, tapi juga untuk dialami bersama.
Pengunjung sering diajak menari, bersorak mendukung peserta, bahkan ikut mengangkat mikoshi atau kuil portabel yang diarak ramai-ramai.
Kehangatan itu melampaui batas bahasa.
Anak-anak bermain yo-yo tsuri atau memancing balon air dengan tawa riang.
Orang tua duduk bersama sambil menikmati makanan, sementara musik seruling dan genderang memenuhi udara.
Rasa kebersamaan ini membuat siapa pun merasa diterima, meski datang dari negeri jauh.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum mengikuti matsuri.
Pertama, soal waktu.
Sebagian besar matsuri berlangsung antara Juli dan Agustus, jadi pastikan memeriksa jadwal melalui situs pariwisata setempat.
Kedua, pakaian.
Mengenakan yukata bisa membuat pengalaman lebih seru, apalagi banyak toko yang menyediakan penyewaan untuk pengunjung.
Ketiga, jangan lewatkan kuliner khas matsuri.
Cobalah yakisoba, taiyaki, atau kakigori yang menyegarkan di tengah panasnya musim panas.
Terakhir, tetap hormati adat lokal.
Bungkukkan badan saat memasuki area kuil, dan perhatikan cara warga berpartisipasi sebelum ikut serta.
Mengikuti matsuri di Jepang, terutama di luar Tokyo, memberi pengalaman budaya yang unik bagi wisatawan Indonesia.
Selain menjadi hiburan, festival ini memperlihatkan nilai kebersamaan dan tradisi yang terasa akrab dengan budaya kita.
Sumber:
Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)
View this post on Instagram