Headset yang digunakan dilengkapi sensor canggih untuk merekam ulang pengalaman Eizo Nomura, seorang penyintas yang berada di dalam gedung sekitar 170 meter dari pusat ledakan.
Dari sudut pandang Nomura, peserta dapat membayangkan bagaimana momen itu terjadi dan merasakan ketegangan yang dialami warga pada hari tersebut.
Tidak hanya tur VR, Kota Hiroshima juga mengembangkan cara lain untuk menjaga kesaksian para penyintas.
Salah satunya adalah perangkat berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan pengunjung melakukan percakapan simulasi dengan penyintas bom atom melalui layar.
Proyek ini bertujuan memastikan cerita langsung dari para hibakusha tetap bisa disampaikan kepada generasi berikutnya.
Hiroshi Harada, penyintas berusia 86 tahun sekaligus mantan direktur Hiroshima Peace Memorial Museum, menjadi salah satu pemberi masukan untuk tur ini.
Ia mengakui mustahil menghadirkan ulang secara penuh apa yang terjadi pada 6 Agustus 1945.
Meski begitu, ia menilai setiap upaya penting dilakukan agar orang bisa merasakan realitas peristiwa itu dengan pancaindra mereka.
Bagi Harada, teknologi adalah jembatan antara sejarah dan generasi masa kini.
Visual dan pengalaman interaktif memberi pemahaman yang lebih kuat tentang dampak bom atom.
Hal itu sekaligus menjaga pesan damai yang lahir dari tragedi tersebut tetap hidup di masa depan.
© Kyodo News
View this post on Instagram