Tinggal sendiri di Jepang membuat saya banyak belajar tentang kebiasaan kecil yang ternyata berdampak besar.
Salah satu kebiasaan yang paling membuka mata saya adalah cara membuang minyak goreng bekas.
Di Indonesia, kita cenderung membuang minyak bekas dengan cara yang kurang ramah lingkungan.
Ada yang menuangkannya ke saluran air, ada juga yang memasukkannya ke dalam botol bekas lalu membuangnya ke tempat sampah. Saya pun dulu melakukan hal yang sama.
Namun, begitu saya pindah ke Jepang, saya menemukan cara yang jauh lebih cerdas dan bertanggung jawab.
Minyak goreng bekas dipadatkan terlebih dahulu sebelum dibuang.
Baca juga:
Saat mulai memasak sendiri di Jepang demi berhemat dan tetap bisa menikmati masakan khas Indonesia.
Saya dihadapkan pada pertanyaan sederhana, ke mana saya harus membuang minyak bekas setelah menggoreng?
Kebiasaan lama rasanya tidak cocok diterapkan di sini.
Saya pun mencari tahu, bertanya ke teman, dan akhirnya menemukan solusinya yaitu menggunakan bubuk pengeras atau pemadat minyak goreng.
Caranya cukup mudah. Minyak bekas dipanaskan kembali, lalu dicampur dengan bubuk pengeras.
Setelah itu, diamkan hingga dingin dan mengeras.
Minyak yang sudah padat itu bisa dibuang sebagai sampah yang bisa dibakar (burnable waste).
Bubuk pemadat ini dijual bebas di minimarket atau toko 100 yen. Harganya terjangkau, aman digunakan, dan ramah lingkungan.
Cara membuang minyak bekas seperti ini bukan hanya soal kebiasaan, tapi bagian dari kebijakan nasional dan daerah yang diterapkan secara serius.
Jepang punya sistem pengelolaan sampah rumah tangga yang sangat tertib, termasuk soal minyak goreng.
Jika dibuang sembarangan, minyak goreng bekas bisa menimbulkan berbagai masalah, seperti:
Menyumbat saluran pembuangan air rumah tangga
Merusak sistem pengolahan limbah
Mencemari air yang berdampak pada kehidupan laut dan kualitas air minum
Demi menghindari hal tersebut, pemerintah Jepang melalui Kementerian Lingkungan Hidup mendorong masyarakat agar memilah dan membuang sampah dengan cara yang benar.
Masing-masing daerah memiliki panduan yang jelas.
Pemerintah Distrik Minato di Tokyo, misalnya.
Mereka mengimbau warganya agar minyak goreng bekas dipadatkan menggunakan koagulan atau diserap dengan kertas atau kain, lalu dibuang sebagai sampah yang bisa dibakar.
Kebiasaan ini tampak sederhana, tetapi sebenarnya merupakan hasil dari edukasi publik yang konsisten, dukungan infrastruktur, dan kesadaran pribadi warga.
Pengalaman tinggal di Jepang membuat saya menyadari bahwa perubahan besar bisa dimulai dari kebiasaan kecil.
Cara membuang minyak bekas mungkin terdengar sepele, tetapi jika dilakukan bersama-sama, dampaknya bisa luar biasa.
Indonesia tidak perlu menciptakan sistem baru dari awal.
Cukup meniru cara yang sudah terbukti efektif. Kuncinya ada pada kesadaran, kemauan, dan kebijakan bersama.
Kalau Jepang bisa, mengapa kita tidak?
Artikel ditulis oleh Husen, WNI yang baru pindah ke Tokyo dan menemukan banyak hal baru dari kehidupan sehari-hari di Jepang.
Sumber:
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram