Beras sangrai ini dipersembahkan bersama bunga musiman, batang pengaduk bubur tujuh sayur (nanakusa) dan sepasang sumpit persembahan.
Persembahan tersebut lambat laun berkembang menjadi yakome, hidangan berbahan dasar ketan, beras putih, kacang kedelai sangrai, sedikit garam, dan taburan wijen.
Masyarakat percaya bahwa kacang kedelai mengandung roh kesuburan kedua setelah padi.
Tradisi menyantap yakome mencapai puncaknya pada awal musim panas, sekitar 6 Mei, bertepatan dengan momen Rikka.
Pada saat itu, benih padi mulai bertunas, meskipun musim panen belum tiba.
Hingga kini, yakome tercatat sebagai salah satu dari 47 Tokusen Yamanashi no Shoku, makanan khas pilihan yang dilestarikan pemerintah Prefektur Yamanashi.
Bentuk pelestarian terus berkembang, seperti yakome burger yang pernah memenangkan kontes resep pada 2020, serta varian manis yakome yang dijual di toko wagashi dan kantin sekolah.
Yakome tidak sekadar makanan, melainkan simbol penghormatan terhadap tradisi dan bentuk inovasi rasa yang hidup di masa kini.
Disediakan oleh: Situs web Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/yakome_yama_nashi.html)
Disusun oleh Karaksa Media Partner, berdasarkan "うちの郷土料理 次世代に伝えたい大切な味 山梨県 やこめ" (Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/yakome_yama_nashi.html)
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram