Bagi pencari kerja asal Indonesia yang ingin bekerja di Jepang, mempersiapkan dokumen lamaran kerja sering jadi proses panjang.
Mulai dari menerjemahkan sertifikat sampai lulus ujian bahasa, semua terasa berat.
Namun, di balik semua itu, ada satu detail kecil yang sering terlewat yaitu foto lamaran kerja.
Meski tampak sepele, salah format foto jadi salah satu alasan umum lamaran ditolak atau diproses lama.
Terutama bagi pelamar Indonesia yang belum familier dengan standar di Jepang, menyiapkan foto 3x4 yang benar adalah langkah penting.
Artikel ini akan membahas lebih jauh soal hal kecil tapi penting ini.
Baca juga:
Di Jepang, proses lamaran kerja sangat terstandar, terutama di sektor formal.
Salah satu dokumen utama yang digunakan adalah rirekisho (履歴書) atau CV ala Jepang.
Formatnya sudah baku, termasuk ruang khusus untuk foto di pojok kanan atas halaman pertama.
Foto bukan hanya sebagai identitas, tapi juga bagian dari citra profesional.
Perusahaan Jepang memperhatikan detail seperti ukuran foto, resolusi, ekspresi, dan cara berpakaian.
Baik untuk pekerjaan lapangan maupun kantor, foto 3x4 dengan format benar adalah syarat mutlak.
Ukuran foto yang paling umum diterima di lamaran kerja Jepang adalah 3 cm x 4 cm, baik untuk cetak maupun digital. Berikut detailnya:
Ukuran: 3 cm × 4 cm
Latar: Putih, biru muda, atau abu-abu terang
Ekspresi: Netral atau senyum tipis, tidak berlebihan
Pakaian: Kemeja putih dengan blazer gelap untuk pria dan wanita
Framing: Kepala dan bahu, menghadap depan, posisi tengah
Usia foto: Maksimal diambil 3–6 bulan terakhir
Format: JPEG minimal 300 dpi untuk dokumen digital
Beberapa perusahaan mungkin punya ketentuan khusus, terutama yang memakai sistem daring. Tapi, 3x4 tetap jadi standar umum.
Banyak pelamar Indonesia yang baru pertama kali melamar ke Jepang belum tahu detail ketat format rirekisho.
Di Indonesia, CV lebih fleksibel dan kadang tanpa foto.
Akibatnya, beberapa pelamar salah mengirim foto paspor, KTP, atau selfie dengan latar kasual, yang tidak sesuai standar 3x4.
Lembaga pelatihan atau agen di daerah kecil sering tidak punya akses ke studio foto yang paham standar Jepang.
Ada yang akhirnya pakai foto dari ponsel tanpa panduan soal crop, pencahayaan, atau resolusi, sehingga hasil akhirnya kurang memenuhi ekspektasi perusahaan Jepang.
Dengan makin banyaknya lamaran online, muncul masalah baru seperti salah ukuran file atau format foto yang gagal diunggah.
Sistem daring Jepang sering menolak file yang tidak sesuai, bahkan membuat foto tidak bisa dibaca dengan baik.
Belakangan, banyak pelamar Indonesia membagikan pengalaman mereka di grup Facebook atau WhatsApp.
Beberapa pekerja perawat di bawah visa SSW bercerita harus mengirim ulang lamaran berkali-kali hanya gara-gara masalah foto.
Kesalahan umum yang mereka alami antara lain:
Salah ukuran (pakai 4x6, bukan 3x4)
Latar belakang gelap atau bermotif
Pakaian kurang rapi, seperti kaus oblong
Foto terlalu lama (lebih dari 6 bulan)
Berita baiknya, sekarang banyak lembaga pelatihan yang mulai memasukkan sesi foto resmi dan pengarahan soal format ini ke dalam program persiapan keberangkatan.
Meski kesannya hanya penting untuk pekerjaan lapangan, foto formal juga wajib di lamaran kerja sektor kantoran.
Perekrut di Jepang menilai ketelitian, termasuk kualitas foto, sebagai cerminan keseriusan dan kesiapan budaya calon pekerja.
Bahkan di perusahaan internasional, tetap lebih aman mengikuti standar Jepang.
Foto lamaran kerja mungkin terlihat sepele, tapi di mata perusahaan Jepang, detail ini punya makna besar.
Untuk pencari kerja Indonesia, baik yang melamar sebagai perawat maupun staf kantor, menyiapkan foto 3x4 yang sesuai adalah langkah penting dalam memberikan kesan pertama yang positif.
Memahami standar ini, dan belajar dari tantangan yang sudah dihadapi banyak orang sebelumnya, bisa jadi kunci untuk membuka pintu karier lintas budaya.
Sumber:
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram