Chika Ohara (52 tahun), seorang pekerja kontrak di Tokyo, mengatakan bahwa gajinya tidak berubah selama bertahun-tahun.
"Upah saya stagnan, dan saya tidak melihat adanya perubahan dalam waktu dekat. Tapi harga-harga terus naik dan saya sangat merasakannya," ujar Chika kepada AFP.
Kenaikan harga beras ikut mendorong inflasi inti menjadi 3,7 persen pada Mei.
Angka ini lebih tinggi dari 3,5 persen pada April, dan merupakan level tertinggi sejak Januari 2023.
Biaya listrik juga meningkat 11,3 persen, sementara tarif gas naik 5,4 persen.
Bila energi dan pangan segar dikecualikan, harga konsumen tetap naik 3,3 persen, naik dari 3,0 persen pada bulan sebelumnya.
Pemerintah telah mengambil langkah langka dengan mulai melepaskan cadangan beras darurat sejak Februari. Biasanya, langkah ini hanya diambil saat terjadi bencana.
Bank Sentral Jepang mempertahankan suku bunga tetap dan memperlambat laju pengurangan pembelian obligasi pemerintah.
Kebijakan ini dipilih di tengah kekhawatiran terhadap dampak tarif impor Amerika Serikat terhadap perekonomian Jepang.
Ekonom Stefan Angrick dari Moody’s Analytics menyebutkan bahwa kebijakan yang tidak konsisten dan lambatnya penurunan harga dari produsen ke konsumen akan membuat inflasi melambat secara bertahap.
"Hal ini akan membuat kenaikan upah riil yang berkelanjutan sulit tercapai, begitu pula dengan peningkatan konsumsi masyarakat," ujarnya.
View this post on Instagram