Mahatmi Rismartanti memutuskan untuk mengejar karier di Jepang dan meninggalkan pekerjaannya di Indonesia sebagai customer service di sebuah perusahaan telekomunikasi.
Lulusan Sarjana Sastra Jepang dari Universitas Brawijaya ini "banting setir" menjadi sopir bus di Jepang melalui jalur Tokutei Ginou setelah mengetahui bahwa profesi tersebut juga terbuka bagi perempuan.
“Setelah kuliah aku kerjanya customer service, kantornya di Malang,” ujarnya kepada Ohayo Jepang, Rabu (21/5/2025).
Mahatmi mengungkapkan bahwa pilihannya untuk menjadi sopir bus di Jepang didasari oleh kecintaannya terhadap aktivitas menyetir.
Namun, menurutnya, profesi tersebut kurang memungkinkan untuk dijalani di Indonesia.
Ia menilai bahwa pekerjaan sebagai sopir bus di dalam negeri kurang ramah bagi perempuan, karena masih melekat stigma bahwa lingkungan kerjanya tergolong keras.
“Aku sebagai perempuan sama orang tua aku pasti enggak akan boleh bekerja jadi sopir di Indonesia, karena kan mungkin stigmanya jadi sopir itu kan lingkungannya keras ya,” tuturnya.
“Aku sudah bilang ke orang tua kalau di Jepang itu negaranya aman, terus penginnya juga mulai dari sini,” tambah Mahatmi.
Baca juga:
Perempuan berusia 26 tahun ini mulai memberanikan diri mendaftar Tokutei Ginou atau Specified Skilled Worker (SSW) bidang pengemudi di LPKS Shankara pada November tahun lalu.
Berbekal penguasaan Bahasa Jepang JLPT N3 dan melalui proses pelatihan, ia dinyatakan lolos wawancara pada Maret 2025 di perusahaan transportasi Jepang, Tokyu Bus.
Ia rencananya diberangkatkan ke Jepang untuk on the job training pada Juni mendatang.
Mahatmi tercatat sebagai satu-satunya perempuan Indonesia yang berhasil menjadi sopir bus di Jepang melalui jalur SSW.
Ia diberangkatkan bersama lima rekan lainnya yang juga lolos seleksi di perusahaan yang sama.
Menurut Kepala LPKS Shankara Prasetyo Aji Purnomo prospek menjadi sopir bus melalui jalur SSW sangat terbuka lebar meskipun bidang ini baru tahun pertama dibuka untuk Warga Negara Indonesia (WNI).
“Peluangnya masih luar biasa besar untuk supir bus sendiri, karena selain Tokyu Bus, juga ada perusahaan-perusahaan lain yang saat ini juga sudah mulai pada masuk ke Indonesia,” ujar Aji kepada Ohayo Jepang, Rabu (21/5/2025).
“Bisa dibilang ribuan. Besar ribuan itu,” tambahnya.
Bidang kerja ini, menurut Aji, memiliki fleksibilitas dalam usia kerja karena secara administratif tidak terdapat batasan usia tertentu.
“Kita sendiri pun kalau secara administratif sebenarnya tidak ada batasan umur yang terlalu ini, mungkin 40-45 tahun pun bisa,” tuturnya.
Aji menambahkan, sopir bus di Jepang menjadi salah satu profesi dengan upah mencapai Rp 44 juta per bulan.
“Kalau saya spill maksimal di angka Rp 44 juta, sudah bersih,” pungkas Aji.
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram