Saat ini, jumlah pekerja di Jepang sangat sedikit. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya minat generasi muda meneruskan pekerjaan di sektor pertanian.
“Teteh juga nih nanti ke depannya ini pertanian gimana penerusnya. Kondisi ini banyak terjadi ke petani-petani lain di Jepang juga,” ungkapnya.
Baca juga:
Di sisi lain, menjadi petani di Jepang memiliki banyak keuntungan.
Selain sistem kerja yang terstruktur dengan baik, sektor pertanian di Negeri Sakura terorganisir.
Pemerintah setempat memberikan dukungan penuh; mulai dari subsidi pupuk, ketersediaan air, hingga fasilitas penunjang lainnya.
Bahkan, petani tidak perlu repot dalam memasarkan hasil panennya karena pemerintah daerah akan langsung menyerap produk yang dihasilkan.
“Misalnya soal pemasaran, pemerintah juga sudah banyak membantu. Terus permodalan juga ya banyak dari pemerintah juga. Misalnya kalau kita kehabisan modal, ada kalanya seperti itu ya karena kondisi petani tidak selalu mulus,” ujar Rina.
“Kadang kita rugi, kadang kita untung gitu, mereka siap memberikan pinjaman lunak, subsidi dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Pemerintah daerah di Prefektur Toyama menjalin kerja sama dengan Matsubara Farm untuk memasok sayuran dalam program makan siang sekolah di Jepang yang dikenal sebagai kyushoku.
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram