Bagian akhir periode liburan tersebut berlangsung dari Sabtu hingga Selasa mendatang.
“Alasan terbesar tampaknya adalah inflasi yang menahan keinginan mereka untuk mengeluarkan uang secara berlebihan,” ujar profesor studi pariwisata di Universitas Yamanashi, Atsushi Tanaka, kepada AFP.
“Pariwisata masuk (inbound tourism) sedang booming, operator hotel tidak perlu menurunkan tarif, sehingga menyulitkan warga Jepang untuk bepergian,” tambah Tanaka.
Baca juga:
Survei yang dilakukan agen perjalanan besar JTB menunjukkan bahwa hanya 20,9 persen responden yang menyatakan atau kemungkinan bepergian selama Golden Week.
Angka ini turun 5,6 persen dibandingkan tahun lalu.
Laporan dari perusahaan riset pasar Intage juga mencatat penurunan serupa.
Persentase warga yang berencana melakukan perjalanan domestik selama libur tersebut menurun dua persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi hanya 13,6 persen.
Selain keinginan menghindari keramaian, kecenderungan untuk menahan diri keluar rumah karena alasan keuangan dinilai semakin menguat.
Ketika berbicara tentang perjalanan ke luar negeri, Intage menyebut hal itu kini menjadi “kemewahan yang sulit dijangkau”.
Meski demikian, survei yang sama menunjukkan bahwa anggaran rata-rata masyarakat untuk kegiatan selama Golden Week tahun ini sedikit meningkat, dari 192 dolar AS menjadi 201 dolar AS.
Kenaikan ini mencerminkan sikap masyarakat yang menerima kenyataan bahwa mereka harus mengeluarkan biaya lebih besar tahun ini.
“Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah pasrah terhadap kondisi yang membuat semua menjadi lebih mahal,” kata Motohiro Shimogawara dari Intage kepada AFP.
View this post on Instagram