Tidak ada yang abadi, termasuk pengalaman menjadi Pekerja Berketerampilan Spesifik atau Specified Skilled Worker (SSW) di Jepang.
Bagi Ifah, babak SSW telah dipenuhi oleh pertumbuhan dan tantangan, namun itu tidak pernah dimaksudkan sebagai tujuan akhir.
Kami menanyakan padanya bagaimana ia memandang fase hidup ini dan ke mana ia ingin melangkah selanjutnya.
“Sebenarnya, saya ingin mencoba membuka usaha kecil, tidak harus di Jepang, tapi saya ingin memanfaatkan apa yang saya ketahui. Tapi ya, mungkin juga tidak,” ungkapnya dengan senyum ringan—sebagian merenung, sebagian lagi ragu.
Namun, ketika ditanya hal apa yang paling membekas, jawabannya kembali ke hal-hal mendasar.
“Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, saya sekarang jauh lebih mandiri dibandingkan diri saya yang dulu. Jadi mungkin selain perubahan dalam diri saya, hal yang paling mengesankan bagi saya adalah kenyataan sederhana bahwa saya bisa menjelajahi Jepang dengan latar belakang saya.”
“Untuk hal lainnya, saya rasa tidak terlalu ada. Teman-teman di sini memang luar biasa, tapi menurut saya itu bukan inti utamanya,” ucap Ifah.
Kemandirian, peluang dan kehidupan yang jauh dari bayangan sebelumnya—itulah oleh-oleh sejati semasa di Jepang.
Sebelum datang ke Jepang, apakah Ifah memiliki mimpi yang ingin dikejar setelah masa SSW? Ternyata ada, namun seiring waktu dan pengalaman, visinya pun berkembang.