“Para distributor mengatakan mereka menahan stok karena khawatir akan kehabisan beras sebelum panen berikutnya tiba di pasar,” ujarnya.
Baca juga:
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi menyatakan bahwa inventaris beras meningkat sebesar 190.000 ton metrik pada 2024 dibandingkan tahun lalu, mulai dari tahap produksi hingga ke pengecer.
Namun, menurut Hayashi, stok di tingkat konsumen tidak mengalami peningkatan.
Hal itu menunjukkan bahwa distributor, pedagang grosir, dan pengecer kemungkinan menimbun stok karena kekhawatiran akan terjadinya kekurangan beras pada masa depan.
Harga beras juga diyakini mulai melonjak setelah peringatan potensi gempa besar Palung Nankai yang mulai muncul pada musim panas 2024 sehingga memicu aksi penimbunan oleh konsumen.
Meskipun hasil panen baru mulai masuk ke pasar pada musim gugur, harga tetap tinggi.
Cadangan darurat yang digelontorkan untuk membendung harga di pasaran juga dinilai masih kurang berdampak.
Menurut The Asahi Shimbun, Selasa (8/4/2025), jumlah beras yang dilelang oleh pemerintah tampaknya terlalu kecil untuk memberikan dampak signifikan.
Banyak pengecer bahkan memperkirakan harga beras tidak akan turun dalam waktu dekat.
“Jumlah beras cadangan yang tersedia terbatas, dan dampaknya terhadap harga pasar secara keseluruhan sangat minim,” kata juru bicara dari salah satu jaringan supermarket besar.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram