"Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19, jumlah wisatawan meningkat, yang menyebabkan penggunaan pemandian air panas yang lebih banyak di ryokan (penginapan tradisional Jepang) dan fasilitas lainnya," kata Wakil Wali Kota Ureshino, Hironori Hayase.
Prefektur Saga mengaitkan penurunan pasokan air panas dengan meningkatnya permintaan penggunaan onsen.
Pengenalan layanan kereta Shinkansen ke daerah tersebut membawa lebih banyak pengunjung.
Pihak berwenang meminta onsen untuk membatasi pengambilan air harian.
Beberapa hotel diminta mengatur penggunaan air pada malam hari agar tingkat air dapat pulih secara bertahap.
Di sisi lain, pemandian air panas di prefektur lainnya juga menghadapi tantangan serupa.
Pemerintah lokal membatasi pengeboran baru dan mendorong penghematan air.
Namun, tetap ada kekhawatiran bahwa langkah tersebut tidak cukup untuk memastikan pasokan air tetap terjaga.
Para ahli juga menilai, ekstraksi berlebihan turut andil jadi penyebab utama turunnya pasokan air panas.
Peneliti senior di Hot Spring Research Center menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dalam pengelolaan.