Jepang memperingati 14 tahun sejak gempa bumi dan tsunami dahsyat yang melanda timur laut negara tersebut.
Dalam sebuah upacara peringatan yang diadakan di Prefektur Fukushima pada Selasa (11/3/2025), Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyampaikan belasungkawa dan berjanji untuk menjadikan Jepang sebagai pemimpin dunia dalam pencegahan bencana.
"Kami akan memanfaatkan pengalaman dari bencana ini untuk menerapkan persiapan bencana yang menyeluruh dan memperkuat sistem respons kami," kata Ishiba dilansir dari The Mainichi, Selasa (11/3/2025).
Presiden Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. Tomoaki Kobayakawa, berbicara kepada sekitar 220 karyawan untuk memperingati momentum 14 tahun bencana tersebut di pembangkit listrik nuklir Fukushima Daiichi.
"Titik awal perusahaan kami bermula dari penyesalan dan pembelajaran atas kecelakaan tersebut. Misi kami adalah memenuhi tanggung jawab terhadap Fukushima," ujar Tomoaki.
Di sisi lain, penduduk dari tiga prefektur yang paling terdampak, yaitu Iwate, Miyagi, dan Fukushima, berkumpul sejak pagi untuk mengenang para korban.
Masayuki Nitanai, pejabat dari divisi urusan umum Kota Minamisanriku, Prefektur Miyagi, menggelar doa di lokasi bekas kantor pencegahan bencana yang dulu ada 43 orang meninggal.
"Meski orang-orang masih ingat tragedi ini, saya merasa kesadaran akan bencana semakin memudar. Saya ingin terus menyampaikan pentingnya kesadaran akan pencegahan bencana demi melindungi kota ini," kata Masayuki.
Di Pantai Usuiso di Iwaki, Prefektur Fukushima, Reiko Endo mengenang seorang teman yang hilang akibat terjangan tsunami.
Sementara itu, pemulihan masih berlangsung di tiga prefektur. Sekitar 28.000 orang terpaksa mengungsi di penjuru Jepang.
Menurut Badan Rekonstruksi, tujuh kotamadya di Fukushima masih ditetapkan sebagai zona terlarang akibat radiasi.
Ada pula monumen batu dengan nama 44 korban meninggal yang didirikan di Chojahara, distrik dalam zona terlarang di Prefektur Fukushima.
Baca juga:
Iwate Tsunami Memorial Museum dibangun untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh terhadap bencana alam dengan belajar dari para pendahulu.
Museum ini juga digunakan untuk berbagi fakta dan pelajaran dari tsunami dan gempa besar Jepang kepada seluruh warga dunia.
Dalam pernyataan misi dari Iwate Tsunami Memorial Museum, disebutkan bahwa Jepang adalah tempat yang ditakdirkan memiliki risiko bencana alam yang sangat tinggi di muka bumi (The Pacific Ring of Fire).
Sebab itu, sejak lama warga Jepang telah meningkatkan kemampuan untuk merespons bencana alam.
Penting untuk melindungi jiwa dari berbagai bencana alam dan menghadapinya dengan mempersiapkan pengetahuan serta teknologi yang disertai tindakan agar kejadian Maret 2011 tidak terulang.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram