Di sisi lain ada saat di mana kebudayaan bekerja di Jepang seperti nomikai (tradisi minum-minum setelah bekerja) sulit untuk tidak diikuti.
Nomikai dianggap sebagai praktik bisnis yang normal di Jepang untuk bonding.
Bunga memahami pentingnya tradisi nomikai di Jepang. Ia ikut, tetapi meminta izin untuk tidak meminum alkohol.
Ia menuturkan, hal itu menjadi bentuk rasa hormat kepada rekan kerja untuk ikut nomikai bersama-sama.
Dalam hal ini, Firman mengatakan bahwa kondisi yang dilakukan Bunga adalah bentuk pengorbanan.
Pengorbanan yang terlibat dalam menegosiasikan keyakinan di lingkungan profesional terkadang terlihat melintasi batasan agama.
Di sisi berbeda, Firman juga menemukan cerita diaspora lain yang bekerja di Jepang tetapi memilih untuk menyembunyikan identitas agama mereka.
Mereka percaya bahwa menjadi religius adalah urusan pribadi, seperti pemikiran orang Jepang pada umumnya.
Oleh karena itu, agamanya bukanlah sesuatu yang harus ditunjukkan kepada orang lain di tempat kerja.
Firman menyebut, proses umat Muslim menampilkan atau tidak menampilkan identitas agama mereka merupakan bentuk negosiasi.