Bunga memahami pentingnya tradisi nomikai di Jepang. Ia ikut, tetapi meminta izin untuk tidak meminum alkohol.
Ia menuturkan, hal itu menjadi bentuk rasa hormat kepada rekan kerja untuk ikut nomikai bersama-sama.
Dalam hal ini, Firman mengatakan bahwa kondisi yang dilakukan Bunga adalah bentuk pengorbanan.
Pengorbanan yang terlibat dalam menegosiasikan keyakinan di lingkungan profesional terkadang terlihat melintasi batasan agama.
Di sisi berbeda, Firman juga menemukan cerita diaspora lain yang bekerja di Jepang tetapi memilih untuk menyembunyikan identitas agama mereka.
Mereka percaya bahwa menjadi religius adalah urusan pribadi, seperti pemikiran orang Jepang pada umumnya.
Oleh karena itu, agamanya bukanlah sesuatu yang harus ditunjukkan kepada orang lain di tempat kerja.
Firman menyebut, proses umat Muslim menampilkan atau tidak menampilkan identitas agama mereka merupakan bentuk negosiasi.
“Istilah saya biasanya menyebut sebagai cara menegosiasikan identitas keagamaan mereka di lingkungan kerja,” ujar Firman dalam acara Japanscope bertajuk "The Dynamic of Religions in Japan" oleh Japan Foundation Jakarta, Sabtu (8/3/2025).
Sementara itu, pada kesempatan terpisah Eka yang bekerja di Tokyo menyampaikan bahwa ia mendapatkan ruang sholat setelah berbicara dengan atasannya.