Musim dingin di Jepang menjadi sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
Sebagai seseorang yang baru saja memulai hidup di Tokyo, segala hal terasa begitu berbeda.
Dari budaya kerja yang sangat disiplin hingga dinginnya suasana kota saat musim dingin, semuanya seperti dunia baru bagiku.
Hidup di sini jauh berbeda dengan kehidupanku sebelumnya di Indonesia.
Aku masih menyesuaikan diri dengan ritme baru, budaya, dan kebiasaan yang terasa 180 derajat berbeda.
Aku tipe orang yang senang bepergian. Di Indonesia, setiap akhir pekan rasanya seperti petualangan baru.
Namun di sini, aku lebih sering menghabiskan waktu di rumah.
Tokyo memang kota yang sibuk.
Namun di tengah kesibukan itu; aku justru lebih banyak menghabiskan malam-malamku di apartemen kecilku, bersantai di bawah kotatsu, meja tradisional Jepang yang dilengkapi selimut hangat dan pemanas di bawahnya.
Biasanya, aku menikmati film sambil menghangatkan kaki di bawah kotatsu, sesuatu yang dulu tidak pernah terpikirkan olehku di Indonesia.
Baca juga:
Aku sudah mempersiapkan rencana besar untuk liburan akhir tahun. Tujuan utamaku adalah Nagano, salah satu tempat terdekat dari Tokyo untuk menikmati salju.
Membayangkan bermain ski atau sekadar menyentuh salju untuk pertama kali membuatku sangat bersemangat.
Pilihan keduaku adalah Osaka. Selain banyak tempat menarik yang ingin kukunjungi, aku juga ingin bertemu teman-teman lama dari masa kuliah yang kini tinggal dan bekerja di sana.
Kami bahkan sudah merencanakan untuk mencoba kuliner khas Osaka seperti takoyaki dan berjalan-jalan di Dotonbori.
Namun, beberapa hari sebelum liburan dimulai, tubuhku mulai terasa lemas. Flu ringan yang awalnya kuabaikan, menjadi semakin parah.
Alih-alih menikmati salju di Nagano atau berkumpul dengan teman-teman di Osaka, aku justru menghabiskan libur panjang di apartemenku.
Meski kotatsu dan film menjadi penghibur, rasanya tetap ada sedikit kekecewaan karena rencana yang sudah lama kutunggu harus batal.
Setelah libur panjang berakhir, aku kembali bekerja seperti biasa. Di suatu siang, aku sedang berbincang santai dengan seorang senior di kantor.
“Bagaimana liburan akhir tahunmu?” tanya dia sambil menuangkan kopi dari mesin otomatis di pantry.
Aku tersenyum kecil, sedikit malu.
“Tidak kemana-mana, kak. Rencana ke Nagano dan Osaka batal karena aku sakit.”
Dia terlihat terkejut.
“Oh, sayang sekali! Tapi, kamu sempat ke dokter, kan?”
Aku menggeleng.
“Tidak. Kupikir biayanya akan sangat mahal, jadi aku hanya minum obat yang kubawa dari Indonesia.”
Senior itu tertawa kecil.
“Kamu tahu enggak, asuransi dari perusahaan kita bisa menanggung hingga 70 persen biaya pengobatan?”
Aku menatapnya dengan bingung.
“Benar? Aku tidak tahu soal itu.”
Dia mengangguk.
“Iya, sistem asuransi di Jepang itu sangat membantu, terutama bagi pekerja asing. Kalau kamu sakit, kamu cukup membawa kartu asuransi dari perusahaan ke klinik atau rumah sakit. Misalnya, kalau biaya dokter sekitar 10.000 yen, kamu hanya perlu membayar 3.000 yen. Sisanya ditanggung oleh asuransi.”
Aku terdiam sejenak, merasa menyesal. Kalau saja aku tahu informasi ini lebih awal, mungkin aku tidak perlu menghabiskan liburan hanya di rumah.
Senior itu melanjutkan, “Kalau kamu butuh rekomendasi klinik atau dokter di dekat tempat tinggalmu, aku bisa bantu. Jangan ragu memanfaatkan asuransi ini. Itu hakmu sebagai karyawan.”
Percakapan itu menjadi momen penting bagiku.
Aku mulai memahami bahwa ada banyak hal di Jepang yang sebenarnya sangat mendukung kehidupan, termasuk bagi pekerja asing seperti aku.
Hanya saja, sebagai pendatang baru, sering kali aku tidak tahu harus mulai dari mana untuk mencari informasi.
Musim dingin pertamaku di Jepang bukan hanya tentang dinginnya cuaca atau rencana liburan yang batal.
Lebih dari itu, musim ini mengajarkanku banyak hal tentang hidup mandiri di negeri orang.
Jepang memang terasa asing. Namun di balik itu semua, negara ini penuh dengan sistem yang sangat mendukung, termasuk asuransi kesehatan yang bisa menjadi penyelamat di saat-saat sulit.
Kini, aku tahu bahwa menjaga kesehatan adalah bagian penting dari hidup sendiri di Jepang.
Aku belajar untuk lebih peka terhadap kebutuhan tubuhku dan tidak ragu memanfaatkan fasilitas yang memang sudah disediakan.
Musim dingin berikutnya, aku yakin akan lebih siap baik fisik maupun mental untuk menikmati segala keindahan yang ditawarkan Jepang.
Bagi siapa pun yang berencana tinggal, bekerja, atau bahkan sekadar berlibur di Jepang, ingatlah bahwa negara ini menawarkan begitu banyak hal untuk mendukung kenyamanan hidup.
Dari kotatsu yang hangat hingga asuransi kesehatan yang efisien, semua menjadi bagian dari pengalaman yang tak terlupakan.
Meski hidup di negeri asing penuh tantangan, itu adalah cerita yang layak untuk dikenang.
Ulasan di atas disampaikan oleh Obull, WNI yang bekerja di Tokyo. Penggemar seni ini punya quote favorit "Kreativitas adalah kecerdasan yang bersenang-senang".
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Januari 2025)
View this post on Instagram