Sekiji ((席次)) merupakan konsep tata letak tempat duduk di Jepang yang menjadi aspek penting dalam etiket sosial khususnya lingkungan profesional.
Penting untuk memahami sekiji bagi orang yang sering menghadiri rapat atau pertemuan formal, terutama bagi pendatang baru di sebuah perusahaan.
Pengetahuan ini membantu dalam memperlakukan senior dengan hormat dan berperilaku pantas sebagai anggota baru di sebuah divisi atau perusahaan.
Ohayo Jepang akan membahas seluk-beluk sekiji berdasarkan apa yang saya pelajari di sekolah dan kosakata untuk memahami sekiji.
Baca juga: Tantangan Penggunaan Keigo di Dunia Kerja bagi Pendatang Baru dan Orang Jepang
Istilah penting dalam sekiji
1. Kamiza (上座)
Terjemahan: Kursi teratas
Arti: Kursi yang paling terhormat, biasanya disediakan untuk orang yang paling senior atau terhormat dalam pertemuan tersebut.
Kamiza umumnya terletak di kursi yang paling jauh dari pintu masuk ruangan, dianggap sebagai posisi yang paling nyaman dan bergengsi.
2. Shimoza (下座)
Terjemahan: Kursi paling bawah
Arti: Kursi yang paling sedikit dihormati, biasanya diberikan kepada orang yang paling muda atau paling tidak senior dalam pertemuan tersebut.
Shimoza terletak paling dekat dengan pintu masuk, karena orang ini bertanggung jawab untuk menyambut tamu dan memastikan kenyamanan mereka, sehingga menjadikannya kursi yang paling tidak nyaman.
Dinamika sekiji
Salah satu hal menarik dari sekiji yaitu posisi kamiza dan shimoza dapat bervariasi berdasarkan faktor berikut:
1. Tata letak ruangan: penataan kursi di dalam ruangan.
2. Jumlah peserta: jumlah total orang yang menghadiri acara tersebut.
3. Jenis acara: apakah itu acara internal atau melibatkan tamu eksternal seperti klien atau individu yang lebih terhormat.
Inilah sekiji yang saya pelajari dari sekolah.
Di zaman modern, kenyamanan tempat duduk sering kali menentukan sekiji dan mematuhi praktik ini telah menjadi hal dasar yang perlu dipraktikkan.
Asal usulnya bermula dari era samurai, pengaturan tersebut terutama berkaitan dengan keselamatan.
Orang yang paling superior akan duduk paling jauh dari pintu masuk untuk meminimalkan risiko menjadi target pertama jika terjadi serangan.
Sebaliknya, bawahan yang paling tidak superior akan duduk paling dekat dengan pintu masuk untuk menjaga atasannya.
Aplikasi praktis sekiji
Sekiji tidak terbatas pada pengaturan tempat duduk di sebuah ruangan. Sekiji meluas ke berbagai skenario, termasuk:
1. Lift: urutan posisi berdiri.
2. Taksi dan mobil pribadi: pengaturan tempat duduk di dalam kendaraan.
3. Shinkansen: urutan tempat duduk di kereta.
Pengalaman pribadi tentang sekiji
Selama pengalaman saya sebagai pengunjung rapat perusahaan lain, saya mengamati penerapan praktis sekiji.
Meskipun saya tidak diberi instruksi lisan di mana harus duduk, tuan rumah secara alami mematuhi prinsip-prinsip sekiji.
Mereka segera mengambil tempat duduk yang paling dekat dengan pintu, mempersilakan kami sebagai pengunjung untuk duduk paling jauh dari pintu masuk, sesuai dengan standar sekiji.
Baca juga: Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang
Perbedaan budaya tata letak tempat duduk di Jepang dan Indonesia
Di Indonesia, tidak ada aturan standar seperti sekiji untuk pengaturan tempat duduk.
Orang-orang secara alami memahami di mana orang yang lebih tinggi jabatannya harus duduk tanpa perintah formal.
Perbedaan ini berasal dari praktik budaya yang beragam di berbagai daerah di Indonesia.
Masing-masing dengan cara sendiri untuk menunjukkan rasa hormat kepada atasan dan memperlakukan bawahan.
Kesimpulan
Sekiji merupakan aspek mendasar dari etiket Jepang, terutama di dunia profesional.
Memahami dan menghormati cara ini sangat penting bagi siapa pun yang bekerja di Jepang.
Praktik ketat sekiji kurang dipatuhi di zaman modern, di mana kenyamanan diutamakan.
Namun, memahami prinsip-prinsip sekiji akan membantu kamu menavigasi interaksi sosial.
Sekaligus menunjukkan rasa hormat yang pantas kepada mereka yang jabatannya lebih tinggi dari kamu, yang akan menguntungkan kamu saat dibutuhkan.
Kamu akan memperoleh wawasan berharga tentang budaya dan sejarah Jepang dengan mempelajari sekiji.
Hal itu juga meningkatkan kemampuan kamu untuk berinteraksi dengan penuh rasa hormat dan efektif dalam lingkungan profesional.
Baca juga: Strategi Sukses Wawancara Kerja Online dengan Perusahaan Jepang
Ulasan di atas disampaikan oleh GAS kun, orang Indonesia yang bekerja di Tokyo. Ia hobi bermain bulu tangkis, mendengarkan musik seperti lagu anime dan lagu rock, serta belajar bahasa Jepang.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Juli 2024)