Perbedaan yang tipis ini kadang hanya bisa dimengerti dengan memahami budaya negara ini sendiri. Hal ini membuat Bahasa Jepang begitu menarik sekaligus menantang untuk dipelajari.
Budaya Tradisional Jepang
Budaya tradisional Jepang merupakan hasil sejarah selama berabad-abad. Negara ini membentuk budayanya sendiri sambil mengadopsi budaya dari negara-negara tetangga sejak masa kuno.
Seperti tampak pada karakter Kanji yang asalnya dari China dan juga agama Buddha.
Pada periode Heian, budaya tradisional umumnya dibentuk oleh para bangsawan. Pada masa abad pertengahan ini, masyarakat yang dipimpin oleh kalangan shogun atau bakufu (orang Indonesia mengenalnya dengan sebutan para samurai), pun terbentuk.
Banyak dari budaya tradisional Jepang yang saat ini begitu dikenal, seperti upacara minum teh atau gaya arsitektur shoin, diciptakan pada masa kejayaan samurai ini.
Setelah periode Sengoku (masa peperangan), pemerintahan yang lebih stabil pun lahir, periode ini disebut zaman Edo. Ini merupakan era damai yang berlangsung cukup lama.
Era ini juga dikenal sebagai masa-masa Jepang terisolasi dari negara-negara lain dan pengaruh budaya asing. Pada periode ini pula, budaya untuk rakyat jelata mulai berkembang, seperti pentas teater kabuki dan bentuk seni Ukiyo.
Pada akhirnya, kejayaan Shogun Edo pun runtuh. Berikutnya adalah pemerintahan Meiji yang lebih mengadopsi sistem modern. Modernisasi masyarakat Jepang yang begitu cepat terjadi karena secara aktif menggabungkan budaya dan institusi Barat ke masyarakat Jepang, sebuah hal yang asing sebelumnya bagi Jepang.
Budaya yang glamor pun berkembang. Namun kekuatan militer secara bertahap mulai muncul dan berujung pada beberapa tragedi perang termasuk Perang Dunia II.