OhayoJepang - Tinggal di luar negeri akan mengubah kebiasaan hidup kamu tanpa disadari. Hal ini karena kamu jadi terbiasa dengan budaya lokal di negara tersebut. Hal ini terjadi juga pada orang asing yang tinggal di Jepang.
Orang yang tinggal lama di Jepang akan beradaptasi dengan budaya lokal Jepang. Semakin lama masa tinggal seseorang, kebiasaan orang tersebut akan semakin mirip dengan orang Jepang.
Begitu dia kembali ke negara asalnya dia akan mengalami geger budaya terbalik (reverse-culture shock). Orang yang mengalami ini perlu menyesuaikan diri lagi dengan cara hidup di negara asalnya.
Artikel ini merupakan serial artikel yang akan membahas mengenai pengalaman reverse-culture shock yang dialami oleh beberapa orang dari berwarga negara Indonesia yang bekerja di Jepang. Berikut beberapa pengalaman yang dialami.
Baca juga: Pengalaman Kehilangan Dompet di Jepang
Naik Taksi
Hal ini terjadi ketika sedang pulang kampung ke Indonesia. Dia menggunakan taksi untuk pulang ke rumah dari Bandara.
Setelah mengantre dan menunggu taksi, akhirnya tibalah giliran sang editor menaiki taksi. Dia berdiri di dekat pintu taksi dan menunggu pintu terbuka tetapi pintu taksi tidak juga terbuka.
Begitu petugas taksi membantu untuk mengangkat barang bawaan, barulah tersadar kalau pintu taksi di Indonesia tidak terbuka sendiri. Taksi di Jepang, pintunya terbuka otomatis.
“Kebodohan” ini tidak berakhir di situ, setelah duduk di dalam taksi, dia langsung mematikan smartphone sambil menunggu taksi untuk berangkat.
Setelah barangnya selesai dimasukkan ke dalam bagasi, dia bingung karena taksi tidak jalan juga. Sampai sang supir mengatakan, “Boleh tolong tutup pintunya?”.
Ia pun sangat malu karena lagi-lagi lupa kalau di Indonesia pintu taksi di bagian pelanggan itu tidak dibuka-tutup secara otomatis yang dikendalikan secara remote oleh supir, melainkan oleh harus dibuka tutup oleh penumpang yang naik taksi.
Baca juga: Ini Perbandingan Gaji Per Bulan Negara-negara di Asia, Mana Paling Tinggi?
Macet
Hal lain yang mengagetkan adalah macet. Ia membuat janji dengan temannya di tempat yang kalau tidak macet bisa sampai sekitar satu jam setengah.
Jadi dia santai saja dan mengira akan sampai ke tujuan sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
Namun, apa yang terjadi adalah dia bahkan belum sampai setengah jalan pada waktu janjian yang ditentukan.
Di sini dia sadar, kalau seharusnya dia memasukkan waktu macet sebelum menentukan jam janjian. Dia tertawa pahit, mengingat betapa tepat waktunya transportasi di Jepang.
Provided by Karaksa Media Partner (15 November 2019)