OhayoJepang - Sebelum tahun berakhir, maka di Jepang datanglah musim ketika banyak buku agenda tahun baru berjajar di depan toko alat tulis. Jika Anda liburan ke Jepang, buku agenda bisa jadi pilihan sebagai oleh-oleh. Namun saat ini begitu marak penggunaan smartphone, sehingga tanpa menggunakan buku agenda pun kita tetap dapat mengatur jadwal. Dengan kondisi seperti ini, kami penasaran bagaimana pegawai dari perusahaan pembuat buku agenda menggunakan buku agendanya?
Kami bertanya pada Masuda Yoshiyuki-san dan Morino Akane-san yang bekerja di Quo Vadis Japan. Quo Vadis Japan merupakan cabang Jepang dari perusahaan pembuat buku agenda yang berasal dari Perancis, Quo Vadis.
Pertama-tama, kami akan memperkenalkan karakteristik dari buku agenda Quo Vadis. Jika kita membicarakan format yang paling representatif dari Quo Vadis adalah agenda dalam bentuk vertikal mingguan dengan tanggal tercetak secara horizontal dan waktu secara vertikal. Dr. Beltrami pendiri Quo Vadis mengusulkan sebuah format yang menjadi pionir dari buku agenda tanggalan format vertikal lebih dari 60 tahun yang lalu.
Format, bentuk, warna dan bahan sampul, sangat bervariasi. Kita dapat memilih buku agenda yang sesuai. Hal tersebut juga merupakan salah satu daya tarik agenda ini. Selain itu, karakteristik desain yang unik khas Perancis dan kualitas produk yang tinggi juga terus menarik banyak penggemar.
Terutama, karena menggunakan kertas kualitas tertinggi dari merek grup “Clairefontaine” yang memiliki pengalaman lebih dari 160 tahun. Ada reputasi yang baik untuk kualitas kertasnya, bahkan di media sosial banyak yang terkesan dan berkata “kertas kualitas dewa”.
Mengecek buku agenda pegawai Quo Vadis Japan
Kali ini kami diperlihatkan beberapa jenis buku agenda yang benar-benar digunakan oleh para pegawai. Buku agenda dengan format vertikal paling banyak digunakan oleh laki-laki yang berusia 50-an pada dunia bisnis. Jadwal pada hari tersebut dituliskan di sumbu waktu dan To-Do (hal-hal yang harus dikerjakan) ditulis di sebagian catatan. Bentuk buku agenda berupa “executive note” dengan karakteristik persegi. Karena pekerjaannya, pegawai sales tersebut terbiasa untuk membawa buku agenda dan menggunakannya.
Sementara itu, ada pula pegawai perempuan berusia 30-an dari kantor penjualan yang tidak memperhatikan sumbu waktu vertikal dan menggunakannya sebagai To-Do list. Dengan alasan ingin bekerja dengan buku agenda terbuka di meja, ia memilih buku “time & life” tipe ring (buku dijilid menggunakan ring). Pekerjaan yang perlu diselesaikan minggu tersebut dituliskan pada sticky notes dan ditempelkan di halaman berikutnya pada minggu berikutnya.
Selain itu, ada pegawai perempuan berusia 20-an yang bertugas sebagai penanggung jawab logistik. Ia menggunakan dua buku agenda dengan format bulanan dan harian yang penggunaannya dibedakan.
Ada pula pegawai perempuan berusia 30-an bertugas sebagai penanggung jawab marketing dan Public Relations yang menggunakan buku agenda format bulanan. Agenda tersebut sebagian besar untuk mengatur proyek, berdasarkan pekerjaan buku agenda yang dipilih dan cara penggunaannya cukup bervariasi.