Pendidikan karakter mulai diterapkan di Jepang sejak lama.
Dimulai sekitar 1970, Jepang melakukan revisi terhadap kurikulum lama dan memilih menekankan pada pendidikan karakter daripada teknologi.
Negeri Sakura itu yakin bahwa kemajuan negara bisa dicapai melalui pengembangan karakter.
Sejak itu, Jepang mulai merancang kurikulum yang berfokus pada pendidikan karakter, yang mereka anggap sangat penting untuk diterapkan sejak tahap awal pendidikan informal, seperti di keluarga dan masyarakat, hingga pendidikan formal di tingkat TK dan SD.
Menurut jurnal "Character Education in Elementary School-Age Children in Indonesia and Japan" (2022) oleh Sulis Setiawati dkk., salah satu pelaksanaan pendidikan karakter untuk anak SD di Jepang yang diterapkan dalam pelajaran moral dikenal dengan istilah "doutoku".
Secara etimologis, doutoku terdiri dari dua kata: dou yang berarti jalan dan toku yang berarti baik.
Doutoku dapat diartikan sebagai jalan kebaikan atau jalan menuju kebaikan.
Pada penerapannya, pelajaran moral di sekolah dasar di Jepang lebih menekankan pada praktik dalam kehidupan sehari-hari.
Watashi Tachi no Doutoku.
Buku tersebut membahas empat prinsip moral; meliputi moralitas intrapersonal, moralitas interpersonal, moralitas terhadap alam, dan moralitas dalam masyarakat.