Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Bahasa

4 Peribahasa Jepang Tentang Musim Hujan, Bisa Bikin Semangat!

Kompas.com - 23/06/2024, 10:10 WIB

Bulan Juni di Jepang terkenal dengan musim hujannya. Hujan terus-menerus mungkin akan membuat kamu kecewa karena tidak bisa banyak keluar.

Namun, bagaimana kalau memanfaatkan waktu ini untuk belajar bahasa Jepang bersama Ohayo Jepang?

Kali ini Ohayo Jepang akan memperkenalkan empat peribahasa yang menggunakan kata "hujan".

Baca juga: Belajar Bahasa Jepangnya Hujan Deras sampai Gerimis, Ada Banyak Sebutan Hujan

1. Setelah Hujan, Bumi Mengeras (雨降って地かたまる/Ame Futte Ji Katamaru)

Pepatah pertama adalah “Setelah hujan, bumi menjadi keras”.

Pepatah ini berasal dari pemikiran bahwa tanah menjadi becek ketika hujan. Namun, setelah kering, tanah menjadi lebih padat dari sebelumnya.

Artinya, setelah mengalami kesulitan atau masalah, seringkali keadaan menjadi lebih baik.

Misalnya, meski teman bertengkar, ikatan mereka bisa menjadi lebih kuat setelah mereka berdamai.

Pepatah ini menunjukkan bahwa mengatasi kesulitan dapat membawa pada pertumbuhan dan kemajuan.

Baca juga: Nama Lain Bulan Juni dalam Bahasa Jepang, Kenapa Disebut Bulan Tanpa Air padahal Musim Hujan?

Ilustrasi pohon bambu kuning.
Ilustrasi pohon bambu kuning.

2. Bambu Bertunas Setelah Hujan (雨後の筍/Ugo no Takenoko)

Berikutnya adalah "Bambu bertunas setelah hujan". Pepatah ini menggambarkan bagaimana bambu bertunas sekaligus setelah hujan.

Artinya segala sesuatunya terjadi silih berganti. Misalnya, hal ini dapat mengacu pada bisnis baru yang didirikan satu demi satu atau ide-ide baru yang terus muncul.

Pepatah ini sering digunakan untuk menyatakan perubahan atau pertumbuhan yang cepat.

Ilustrasi orang berjalan saat hujan di Tokyo.
Ilustrasi orang berjalan saat hujan di Tokyo.

3. Lupakan Payung Saat Hujan Reda (雨晴れて笠を忘る/ Ame Harete Kasa wo Wasuru)

Pepatah ketiga adalah “Lupakan payung saat hujan reda”.

Pepatah ini berasal dari gagasan bahwa kamu memerlukan payung saat hujan, tetapi melupakannya setelah cuaca cerah.

Artinya, begitu situasi sulit selesai, kamu melupakan orang-orang atau hal-hal yang membantu kamu selama itu.

Misalnya, kamu mungkin melupakan seorang teman yang membantu ketika kamu berada dalam kesulitan setelah masalah tersebut teratasi.

Pepatah ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan rasa syukur.

Baca juga: Bagaimana Bunyi Hujan di Jepang? Yuk Belajar Onomatopoeia Ini...

Lumut hijau, yang menutupi bebatuan, bersinar di bawah sinar matahari.
Lumut hijau, yang menutupi bebatuan, bersinar di bawah sinar matahari.

4. Air yang Menetes Mengikis Batu (雨だれ石を穿つ/Amadare Ishi wo Ugatsu)

Pepatah terakhir adalah “Air yang menetes mengikis batu”.

Pepatah ini berasal dari gagasan bahwa tetesan air sekecil apapun pada akhirnya dapat mengikis batu jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama.

Artinya, upaya kecil sekalipun dapat membuahkan hasil yang signifikan jika terus dilakukan.

Misalnya dengan belajar sedikit setiap hari, pada akhirnya kamu bisa mendapatkan banyak ilmu. Pepatah ini mengajarkan pentingnya ketekunan.

Baca juga: Teru Teru Bozu Khas Jepang, Boneka Penangkal Hujan biar Besok Cuaca Cerah!

Peribahasa Jepang seringkali mengungkapkan kehidupan dan emosi manusia melalui fenomena alam.

Khususnya peribahasa yang berkaitan dengan musim hujan mengajarkan kita tentang kekuatan mengatasi kesulitan, pentingnya bersyukur, dan pentingnya ketekunan melalui berbagai makna hujan.

Mungkin ada pepatah serupa di Indonesia juga. Share di kolom komentar ya!

Referensi: Kotowaza Jiten ONLINE

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Juni 2024)

 

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.