Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Rahasia Umur Panjang Orang Jepang: Miso dan Natto

Kompas.com - 29/Feb/2020, 09:38 WIB
Mengonsumsi produk kedelai fermentasi dapat membuat seseorang panjang umur? Benarkah?
Lihat Foto
Mengonsumsi produk kedelai fermentasi dapat membuat seseorang panjang umur? Benarkah?

OhayoJepang - Menurut para peneliti Jepang, kaum separuh baya yang rutin mengonsumsi pasta miso, entah ditambahkan pada sushi atau sup, dapat memperpanjang umur mereka.

Hampir 100.000 orang di Jepang diwawancara dan ditelusuri pola makannya selama 15 tahun terakhir.

Mereka yang mengonsumsi produk fermentasi kedelai - seperti miso dan natto - mengurangi persentase angka kematian dini sebesar 10 persen.

Para peneliti menjabarkan hal tersebut dikarenakan produk-produk ini kaya akan komponen menyehatkan yang membantu kadar kolesterol tetap stabil.

Produk-produk kedelai umum seperti tahu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka mortalitas.

Miso, yang berarti "kacang fermentasi", adalah pasta yang ditambahkan pada sushi, sup, dan bumbu salad. Sementara, natto adalah hidangan yang terdiri dari kedelai fermentasi yang lengket, berserat, dan berbau unik.

Belakangan ini, kacang kedelai tengah naik daun di kalangan vegetarian di negara Barat yang mencari sumber protein nabati.

Tetapi, masyarakat Asia telah mengonsumsi kacang kedelai sejak zaman dahulu.

Rakyat Jepang, yang memiliki angka harapan hidup hingga 84 tahun dibandingkan rakyat Inggris pada 81 tahun, memulai harinya dengan semangkuk sup miso hangat untuk melancarkan pencernaan.

Tim yang dikepalai oleh Pusat Kanker Nasional Jepang menelusuri hubungan antara beberapa jenis produk kedelai dengan angka kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, dan cedera.

Data yang mencakup 42.750 pria dan 50.165 wanita berusia 45 - 74 tahun dikumpulkan dari sebuah penelitian yang berasal dari 11 area pusat kesehatan masyarakat di Jepang.

Menurut penelitian yang dimuat pada British Medical Journal, para peserta mengisi kuisioner terperinci mengenai kebiasaan makan, gaya hidup, dan status kesehatan mereka.

Kematian diidentifikasi dari catatan tempat tinggal dan sertifikat kematian setelah hampir 15 tahun.

Para peneliti menemukan asupan produk kedelai fermentasi yang lebih tinggi berhubungan dengan penurunan signifikan pada risiko kematian dengan penyebab apapun hingga 10 persen.

Total asupan kedelai termasuk produk seperti tahu, susu kedelai, dan okara, tidak memengaruhi angka kematian.

Orang yang mengonsumsi natto juga lebih kebal terhadap penyakit jantung seperti serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi natto.

Tidak ditemukan hubungan antara asupan kedelai dengan kematian karena kanker.

Hasil tetap nihil bahkan setelah disesuaikan dengan asupan sayur-mayur yang lebih tinggi di antara para konsumen natto dengan porsi lebih besar.

Para peneliti menyebutkan bahwa produk kedelai fermentasi kaya serat, potasium, dan komponen bioaktif seperti isoflavon daripada produk kedelai non-fermentasi.

Serat kedelai mengurangi kadar kolesterol dan menjaga berat badan tetap stabil, sementara isoflavon mengurangi tekanan darah.

Namun, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menelusuri mekanisme kedelai yang lebih detail terhadap tubuh.

Dalam sebuah editorial terkait, para pakar mengatakan bukti seperti ini semakin menguatkan bahwa produk kedelai fermentasi memiliki khasiat untuk kesehatan.

Kayo Kurotani and Hidemi Takimoto, of National Institutes of Biomedical Innovation, Health and Nutrition, Tokyo, wrote: 'Increasing evidence has suggested that fermented soy products are associated with health benefits. 

Kayo Kurotani dan Hidemi Takimoto dari National Institutes of Biomedical Innovation, Health and Nutrition, Tokyo, menuliskan, "Bukti yang semakin banyak menyatakan bahwa produk kedelai fermentasi dikaitkan dengan khasiat kesehatan.

"Mengenai apakah mereka makan produk tersebut bergantung dari budaya makan mereka, namun beberapa negara telah memasukkan produk kedelai dan kedelai fermentasi dalam pedoman gizi mereka."

Namun, dikarenakan penelitian ini bersifat observasional, para peneliti tidak dapat menentukan penyebabnya dan menyingkirkan kemungkinan bahwa beberapa dari risiko yang diteliti bisa jadi dikarenakan faktor-faktor yang tidak terukur.

Contohnya, sup miso mengandung garam yang tinggi menurut sebuah survei pada 1995 dan 1998. Hal tersebut terjadi sebelum tindakan mengurangi garam diterapkan.

Salah satu kemungkinan adalah pasta miso melindungi para peserta penelitian dari ancaman kesehatan dari garam.

Daily Mail

Halaman:
Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar dibawah ini! *S&K berlaku
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.