Apa Itu Horenso dan 5S dalam Budaya Kerja di Jepang?

Ilustrasi orang Jepang. PEXELS/RDNE STOCK PROJECT

Jepang dikenal memiliki budaya yang begitu kental dalam berbagai aspek termasuk bidang pekerjaan.

Misalnya Horenso yang artinya melakukan laporan kerja, mengomunikasikan pekerjaan, dan mengonsultasikan pekerjaan.

Ada juga budaya di Jepang berjuluk 5S yang diaplikasikan pula pada pekerjaan.

Jadi kalau ingin kerja di Jepang, kamu harus mengerti budaya kerjanya seperti ulasan di bawah ini.

Baca juga: Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang

1. Horenso

Nama Horenso di ambil dari tiga kata: hokoku (laporan), renraku (komunikasi), dan sodan (konsultasi).

Budaya ini dapat memudahkan pekerjaan dan membangun hubungan yang baik antar rekan kerja.

Hokoku berarti para karyawan harus melaporkan perkembangan pekerjaan secara rutin kepada atasan dengan bahasa lebih formal.

Di samping itu, apabila terjadi kesalahan atau kecelakaan kerja, mereka juga harus melaporkannya.

Laporan pekerjaan ini pun berguna untuk tim manajerial kantor agar mencegah mereka melakukan micro-managing.

Selanjutnya renraku artinya karyawan menyampaikan informasi penting atau perkembangan pekerjaan kepada rekan kerja satu tim dalam bahasa yang tidak harus formal.

Terakhir, sodan berarti karyawan sebaiknya meminta saran atau konsultasi kepada orang yang lebih ahli.

Hal itu dianggap sebagai kemauan karyawan untuk mengembangkan kemampuan diri.

Seluruh pihak yang terlibat dalam pekerjaan atau suatu proyek diharapkan memiliki pemahaman yang sama dan tidak ada yang tertinggal informasi dengan menerapkan Horenso.

Baca juga: Memahami Horenso: Perjalanan Belajar dan Adaptasi dengan Budaya Kerja Jepang

2. 5S

5S atau 5R dalam bahasa Indonesia berarti seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik), seiketsu (rawat), dan shitsuke (rajin).

Prinsip 5S diaplikasikan pada berbagai aspek kehidupan di Jepang termasuk pekerjaan.

Seiri atau ringkas berarti memilah semua hal pada pekerjaan dan menyimpan yang penting saja.

Biasanya, barang yang disortir dibagi menjadi barang yang sering digunakan, jarang digunakan, dan tidak pernah digunakan.

Barang yang sering digunakan ditaruh di tempat yang mudah dijangkau, barang yang jarang digunakan disimpan di penyimpanan umum, dan barang yang tidak pernah digunakan biasanya dibuang.

Seiton atau rapi menjadi satu rangkaian dengan seiri. Setelah barang disimpan pada tempat yang ditentukan, penyimpanannya diberi label.

Setelah barang digunakan harus dikembalikan sesuai labelnya.

Seiton juga dapat diterapkan pada ruang kerja. Misalnya ruang kerja dan ruang gerak di pabrik diberi label pada lantainya sehingga proses kerja jelas dan sistematis.

Seiso atau resik adalah perilaku pembersihan tempat kerja untuk menjaga suasana higienis dan kondusif untuk pekerja.

Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan dan pembersihan inventaris kantor. Hal itu demi memastikan seluruh keperluan kantor terpenuhi dalam jangka waktu lama.

Baca juga: Tantangan Penggunaan Keigo di Dunia Kerja bagi Pendatang Baru dan Orang Jepang

Pelaksanaan seiri, seiton, dan seiso harus dilaksanakan secara berkala dengan standar yang telah ditentukan.

Tujuannya biar penerapan tiga S pertama dapat diikuti oleh semua orang. Hal inilah peran dari seiketsu atau rawat.

 

Shitsuke atau rajin melengkapi seluruh prinsip 5S. Tentunya seluruh prinsip tersebut harus dilaksanakan dengan rajin dan disiplin.

Perlu adanya latihan terus menerus akan penerapan 5S agar standar kerja lebih meningkat daripada sebelumnya.

Penerapan 5S pada budaya kerja di Jepang demi memastikan pekerjaan berjalan efektif serta keamanan dan kualitas pekerjaan terjaga.

Baca juga: Mengenal 5S dalam Budaya Kerja Jepang

(Kompas.com/Ignatio Edro Humberto Berutu)

Halaman:

Kompas.com Play

Lihat Semua
Expand player
Komentar
Dapatkan hadiah utama Smartphone dan Voucher Belanja setiap minggunya, dengan berkomentar di bawah ini! #JernihBerkomentar *Baca Syarat & Ketentuan di sini!
Tulis komentar Anda...
Lihat komentar tentang artikel ini di Bagian Komentar!