Hidup di Jepang Sebagai Warga Negara Jepang yang Beragama Islam

Masjid Tokyo Camii di Jepang. Shutterstock

OhayoJepang - Saya adalah seorang blasteran, ayah saya orang Turki dan ibu saya orang Jepang. Saya lahir dan dibesarkan di Jepang sebagai seorang Muslim. Lahir dan tinggal di Jepang sebagai seorang Muslim benar-benar sulit bagi saya. Namun, dari kesulitan-kesulitan tersebut, saya jadi bisa melihat “agama Islam” yang saya percaya dari berbagai sudut pandang. 

Nama saya Yunus Ertugrul. Saat ini mahasiswa tahun ketiga Universitas Keio, Fakultas Integrated Policy dan tengah mengikuti kelompok penelitian “Muslim Symbiosis Project” yang dipimpin oleh Profesor Nonaka, sebagai blasteran beragama Muslim.

Tujuan saya mengikuti perkumpulan ini adalah untuk membentuk masyarakat yang nyaman dengan melewati tembok Muslim dan non-Muslim melalui debat pendapat yang saya lakukan di sini.      

Sampai saat ini pun, saya masih ingin mempelajari agama Islam lebih dalam karena saya merasa pengetahuan saya masih sedikit. Saya rasa salah satu alasan saya ingin mempelajari Islam lebih dalam adalah karena lingkungan hidup saya saat ini adalah di Jepang. 

Meskipun hanya cerita singkat, saya ingin membagikan kisah hidup dari apa yang saya rasakan sebagai seorang Muslim di Jepang dan bagaimana saya menghadapi masalah karena latar belakang yang berbeda di negara ini.  

Mengubah Pemikiran Negatif ke Positif

Pertama yang selalu saya tanamkan di dalam pikiran saat berbicara mengenai agama Islam dengan teman Non-Muslim adalah membuat segala sesuatunya terasa menarik. Saat SMP dan SMA, teman-teman di sekitar saya hampir semuanya tidak mengerti bahkan tidak tahu apa itu agama Islam. 

Oleh karena itu, kadang saya menerima perlakuan tidak sopan dan juga sering dijadikan ledekan oleh teman. Namun hal ini merupakan hal yang lumrah dan saya yakin mereka pun tidak sadar kalau yang mereka lakukan itu tidak baik. 

Suatu hari saat SMP, saya pernah mendapatkan pertanyaan yang sangat tidak sopan dan saya marah sampai bertengkar dengan teman. Pada saat itu saya sadar bahwa kemarahan saya akan membuat teman saya ini menjauh dari agama Islam seumur hidupnya. 

Hal ini mungkin tidak akan memengaruhi satu teman saja, teman sekelas lainnya atau bahkan guru yang melihat saya marah pun mungkin akan menjauh karena mereka menganggap saya sebagai orang yang sombong. Karena saya marah terhadap orang-orang yang bahkan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai agama Islam. Dari situ saya berpikir untuk menjadikan identitas Muslim saya sebagai suatu hal yang menarik.

Halaman Berikutnya

Halaman:

Kompas.com Play

Lihat Semua
Expand player
Komentar
Dapatkan hadiah utama Smartphone dan Voucher Belanja setiap minggunya, dengan berkomentar di bawah ini! #JernihBerkomentar *Baca Syarat & Ketentuan di sini!
Tulis komentar Anda...
Lihat komentar tentang artikel ini di Bagian Komentar!