Di Jepang, cuaca berfungsi sebagai pemecah suasana (ice breaker) yang dilakukan di mana saja misalnya memulai percakapan di antara rekan kerja, guru, dan bahkan orang asing di dalam lift.
Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Jepang, awalnya saya merasa pembicaraan tentang cuaca ini agak aneh, karena hal ini tidak lazim dilakukan di negara asal saya.
Namun, saya segera memahami signifikansi budaya dan kepraktisan pendekatan ini.
Kegemaran orang Jepang membahas cuaca berasal dari dampak langsungnya terhadap kehidupan sehari-hari.
Dengan musim yang jelas dan apresiasi budaya terhadap perubahan lingkungan, cuaca menjadi pengalaman bersama yang memengaruhi perjalanan, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.
Tindakan sederhana menanyakan cuaca berfungsi sebagai cara untuk mengakui pengalaman bersama dan mengungkapkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Baca juga: Pengalaman Percakapan di Konbini, Bikin Belanja Lebih Percaya Diri
Sebaliknya, ice breaker yang berhubungan dengan cuaca jarang digunakan karena iklim di Indonesia selalu panas dan tidak ada musim yang jelas.
Sebaliknya, orang Indonesia sering memulai percakapan dengan menanyakan aktivitas sehari-hari, menanyakan apakah seseorang sudah makan, atau membicarakan tantangan naik transportasi.
Pertanyaan itu mencerminkan serangkaian nilai dan prioritas budaya yang berbeda dari Jepang.
Pertanyaan orang Indonesia itu lebih menekankan pentingnya aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup pribadi.
Baca juga: Budaya Orang Jepang Miringkan Payung Saat Papasan dengan Orang Lain, Kenapa Begitu?
Dalam sudut pandang saya, preferensi orang Jepang terhadap pemecah suasana yang berhubungan dengan cuaca juga mencerminkan keinginan untuk menjaga interaksi yang sopan dan bebas konflik.
Dengan berfokus pada topik netral seperti cuaca, percakapan dapat mengalir lancar tanpa risiko menimbulkan ketidaknyamanan atau kecanggungan.
Pendekatan ini selaras dengan penekanan budaya Jepang pada keharmonisan dan rasa hormat dalam interaksi sosial.
Jepang juga memiliki perbedaan musim yang jelas dan terdapat apresiasi budaya terhadap pergantian musim.
Berbicara tentang cuaca mencerminkan apresiasi dan mengakui pengalaman bersama dalam perubahan lingkungan.
Berikut adalah beberapa ice breaker terkait cuaca yang mungkin kamu dengar di Jepang:
1. 今日はいい天気ですね (Kyō wa ii tenki desu ne) - "Hari ini cuacanya cerah, ya?"
2. 雨が降りそうですね (Ame ga furisō desu ne) - "Sepertinya akan hujan, ya?"
3. 風が強いですね (Kaze ga tsuyoi desu ne) - "Anginnya kencang, ya?"
4. 寒くなってきましたね (Samuku natte kimashita ne) - "Udaranya jadi semakin dingin, ya?"
5. 梅雨に入りましたね (Tsuyu ni hairimashita ne) - "Sudah mulai musim hujan, ya?"
Baca juga: Perbedaan Penggunaan Rashii, Mitai, dan Sou dalam bahasa Jepang
Saat saya beradaptasi dengan masyarakat Jepang, saya mulai menghargai kenyamanan dan universalitas percakapan terkait cuaca.
Terlepas dari latar belakang atau status, semua orang dipengaruhi oleh cuaca, menjadikannya topik yang aman dan inklusif untuk memulai percakapan.
Sifat sopan dan hormat dari pemecah kebekuan terkait cuaca sejalan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Jepang yang lebih luas, menekankan pentingnya interaksi yang lancar dan harmonis.
Kesimpulannya, kelaziman ice breaker terkait cuaca di Jepang mencerminkan pentingnya budaya dari pengalaman bersama dan keinginan untuk interaksi yang sopan dan bebas konflik.
Merangkul norma budaya ini dapat memfasilitasi percakapan yang lebih lancar dan saling menghormati, memungkinkan individu untuk terhubung dan terlibat dengan orang lain secara harmonis.
Saat saya terus menjalani kehidupan di Jepang, saya menyadari pentingnya pembicaraan tentang cuaca sebagai bagian integral dari masyarakat Jepang.
Ulasan di atas disampaikan oleh GAS kun, orang Indonesia yang bekerja di Tokyo. Hobinya bermain bulu tangkis, mendengarkan musik seperti lagu anime dan lagu rock, serta belajar bahasa Jepang.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Juli 2024)